Tuesday 26 October 2021

Sekilas Teknis Budidaya Udang Windu (Penaeus Monodon)

Udang merupakan salah satu sumberdaya perikanan yang selain mengandung zat-zat gizi yang tinggi bagi tubuh, juga merupakan salah satu komoditi yang mempunyai nilai jual yang tinggi baik di pasar domestik maupun luar negeri. Udang windu masih merupakan komoditas utama dalam usaha budidaya tambak terlepas dari berbagai urusan dalam usaha budidaya yakni adanya kegagalan dalam pembesaran di tambak hingga ketika ini komoditas udang windu masih ialah pilihan utama untuk di budidayakan oleh petambak terutama petambak sederhana. Hal ini dikarenakan udang windu mempunyai harga pasar yang elok dan relatif stabil. Secara hemat keberhasilan panen udang windu ukuran konsumsi memberikan keuntugan yang tertnggi persatuan waktu di bandingkan komoditas ikan lainya. Sehingga banyak petambak sederhana meskipun dengan kemampuan teknis budidaya udang windu sangat terbatas namun terus melakukan penebaran benih udang.


Areal tambak dengan panjang garis pantai yang lebih dari 81.000 km menyimpan peluangbesar bagi usaha budidaya tambak udang. Sebagian besar areal tambak tersebut lebih dari 80% masih dikelola secara tradisional dengan teknologi secara bebuyutan. Hal ini berkaitan dengan permodalan petambak dan keengganan mengatur beberapa faktor penyebab kegagalan budidaya udang sekaligus datangnya permasalahan lingkungan budidaya serta penerapan teknologi yang sudah tidak sesuai akan menimbulkan tingginya potensi kegagalan.

Berdasarkan kenali permasalan budidaya udang windu terdapat sekurang-kurangnya tiga aspek penyebab gagal berproduksi antara lain yakni : mutu benih yang rendah dan terinfeksi virus white spot (WSSV) dan lingkungan kawasan budidaya yang tercemar dan fluktuasi lingkungan dalam tambak yang ekstrim akhir eutrifikasi. Permasalahan ini terjadi pada semua tingkatan teknologi pembesaran mulai dari teknologi tradisional hingga intensif. Permasalahan lain yang bisa memperparah kegagalan yaitu tata cara tataguna air yang jelek antar petambak sehingga bikin lebih gampang tercemar dan bisul pada petakan tambak dalam satu tempat.

Permintaan negara pelanggan udang dikala ini sangat menekankan keamanan pangan (food safety) sehingga mengharuskan buatan udang bebas dari materi-materi yang berbahaya mirip antibiotik, pestisida dan bahan berbahaya lainya. Oleh alasannya adalah itu perlu disusun isyarat isyarat teknis budidaya udang yang bisa memperkecil resiko kegagalan, ramah lingkungan dan keamanan pangan dari hasil bikinan.

Faktor Penghambat dan Pendukug Produksi

Beberapa faktor yang memunculkan hasil budidaya tambak tidak optimal, salah satu gosip strategis adalah terbatasnya pengetahuan dan teknologi budidaya yang dimiliki bagi para petani tambak itu sendiri. Keterbatasan wawasan dan teknologi ini berakibat pada kesulitan mereka untuk bisa meningkatkan hasil buatan tambak persatuan luas. Hal ini menjadi cermin bagi petugas perikanan dalam penyebarluasan atau penyuluhan bagi petani tambak. Beberapa kemungkinan penyebab kekurangan pengetahuan dan teknologi petani tambak yaitu :
  • Terbatasnya jumlah dan kapasitas pengetahuan tenaga pendamping yang dimilii oleh dinas terkait (dinas perikanan dan kelautan badan diklat dll) dalam melaksanakan penyuluhan budidaya di lapangan.
  • Kurangnya atau terputusnya koordinasi dari instansi terkait dalam melaksanakan sosialisasi setiap teknologi gres yang dihasilkan.
  • Secara lazim petani tambak mempunyai keengganan untuk mendapatkan teknologi baru, yang belum dipraktekan atau dilihat secara langsung oleh petani di daerah kawasan bisnisnya. Hal ini disebabkan lantaran adanya cemas dan keraguan mengenai tepat tidaknya teknologi tersebut dalam memajukan produktivitas usahanya.

Adapun faktor-faktor yang mendukung produktivitas perikanan budidaya antara lain :
  • Potensi sumber daya perikanan budidaya cukup besar dengan aneka jenis ikan dan biota air laut maupun air tawar bernilai irit (udang, ikan, rumput laut, dll) yang memungkinkan untuk dibudidayakan.
  • Lahan untuk perjuangan budidaya yang terhampar luas di wilayah indonesia.
  • Sumber daya manusia serta tenaga kerja yang relatif banyak dan murah.
Aspek Pasar
Dalam melakukan bisnis ini memang cukup menguntungkan dipasaran, tetapi juga banyak mengambil resiko Permintaan negara konsumen sewaktu ini sungguh menekankan keamanan pangan (food safety), sehingga mengharuskan buatan udang bebas dari materi-materi yang berbahaya. Setelah udang meraih ukuran konsumsi dengan harga pasar yang elok harga jual udang tergantung size ukuran dan tiap waktu harga bisa berubah sesuai ukuran atau size yang diperlukan pasar sehingga petambak mesti mengikuti perubahan harga pasar udang berdasar size atau ukuran waktu akan melaksanakan panen untuk menerima nilai jual yang tinggi. Selain itu mutu udang pun mesti dijaga agar mutu udang tetap tersadar sehingga tidak menurunkan harga pada dikala dijual. 

Banyak faktor teknis yang harus diperhitungkan pasar dan mesti dipertimbangkan dalam pelaksanaan panen. 
  • Mengangkut udang dari tambak segera untuk dibersihkan.
  • Membilas udang dengan air tawar dan higienis.
  • Mematikan udang dengan air es.
  • Memilih udang berdasarkan ukuran dan mutu
  • Sesegera mungkin menimbang udang
  • Memberi es pada udang yang sudah dipilah dengan berselang masing-masing setebal 10cm.

Dengan cara diatas penurunan mutu dan rasa udang hampir sama tidak terjadi dan pembeli dari dalam atau mancanegara pun akan menghargainya dengan memberi harga yang tinggi.

Aspek Operasional
Aspek operasional merupakan prosedur baku yang menjadi pegangan bagi pembudidaya untuk bisa menerapkan metode/aturan yang ada dengan semestinya. Standar operasional mekanisme yakni tuntunan yang sudah teruji dan menjadi keperluan yang seharusnya dalam menjalankan proses bikinan yang di terapkan. Pernyataan dengan benar dan tepat waktu yaitu berusaha optimal untuk tidak melakukan penggeseran atau mengalihkan ketentuan yang ada dalam SOP tersebut. Sebagai konsekuensi yang menjadi tanggung jawab yakni melakukan secara konsisten seluruh kaedah yang sudah tertulis dalam SOP dan menyempurnakan/memperbaiki segala bentuk ketidak sesuaian yang tidak terjadi selama dalam pelaksanaan proses bikinan.

Tersedianya akomodasi dan prasarana yang cukup dengan jangkauan yang mudah dan ketersediaan akomodasi budidaya yang cukup dan lengkap serta tidak banyak mengalami kesusahan untuk mendapatkanya yakni menjadi salah satu syarat yang tidak mampu lagi di tunda dalam proses bikinan. Demikian pula halnya bangunan baik permanen maupun tidak serta prasarana lainya yang mendukung dalam kelancaran proses bikinan dan penjualan hasil. Peningkatan etos kerja penerapan biosekurirti dan koordinasi mutualistis antar pembudidaya. Kegigihan petambak selaku pelaku budidaya niscaya tidak di sangsikan lagi akan keuletan dan kerja kerasnya alasannya rasa mempunyai dan rasa tanggung jawab sudah harus melekat dalam kehidupanya guna menjaga dan ingin menjangkau berhasil atas upaya yang dilakukanya untuk meraih kesejahteraan yang lebih baik. 


Penerapan biosekuriti ialah salah satu penggalan kegiatan untuk melindungi segala upaya yang dilaksanakan selama dalam proses produksi maupun pada kala tidak berproduksi. Salah satu yang dimaksud dalam kerjasama yang menguntungkan antar pembudidaya ini ialah seberapa besar upaya yang dilakukan untuk mempertahankan supaya keadaan mutu lingkungan yang menjadi milik bersama (open access) mirip susukan utama dan kanal sekunder pada kondisi yang anggun.

Proses Pengolahan Tambak
Pengelolaan tambak termasuk didalamnya ialah persiapan tambak, jenis/tipe konstruksi kolam, kondisi topografi, iklim, akomodasi dan prasarana penunjung kolam lainnya. Tambak mampu dibangun kalau memenuhi syarat yang paling utama yakni sudah dibuatnya bendungan selaku wilayah penampungan air yang berasal dari air maritim serta mempunyai fasilitas kanal air yang membuat lebih gampang penambahan air maupun pembuangan air pada waktu panen. Tahap yang dilakukan selama persiapan lahan adalah :

Pencangkulan dan pembalikan tanah
Bertujuan untuk membebaskan senyawa dan gas beracun sisa budidaya hasil dekomposisi materi organik baik dari pakan maupun dari kotoran. Selain itu dengan menjadi gemburnya tanah dan aerasi akan berlangsung dengan baik sehingga kesuburan lahan akan meningkat.

Pengapuran
Selama budidaya udang memerlukan keadaan keasaman yang stabil ialah pada pH 7-8 untuk mengembalikan keasaman tanah pada kondisi tersebut maka dijalankan pengapuran alasannya yaitu penimbunan dan pembusukan materi organik selama budidaya sebelumnya menurunkan pH tanah porsi yang digunakan yakni 400 kg/ha.

Pemupukan
Fungsi utama pemupukan yaitu menunjukkan unsur hara yang diinginkan bagi perkembangan pakan alami dan memperbaiki struktur tanah serta menghalangi perembesan air pada tanah-tanah yang tidak kedap air (porous). Penggunaan TON untuk pemupukan tanah dasar kolam sungguh sempurna alasannya yakni TON yang mengandung unsur-unsur mineral penting dan asam-asam organik utama menyampaikan bahan-materi yang diharapkan untuk kenaikan kesuburan lahan dan kemajuan plankton. Dosis pemupukan TON ialah 5 botol/ha atau 25 gr/100 m2. Selain pupuk TON ini juga di gunakan pupuk urea dengan takaran 320 – 350 kg/ha. Pengelolaan air setelah dilaksanakan pemupukan dengan TON air dimasukkan hingga setinggi 10-20 cm kemudian dibiarkan beberapa hari untuk menumbuhkan bibit-bibit plankton. Air dimasukkan hingga setinggi 80 cm atau menyesuaikan dengan kedalaman kolam.

Pembangunan dan pengembangan tambak untuk budidaya udang windu semestinya tidak mengarah ke tepi pantai menyusuri maritim dan sungai atau melalui kanal air utama alasannya adalah lokasi tersebut riskan terkena arus laut atau ombak bila terjadi gelombang besar dan riskan terkena banjir. Idealnya pembangunan tambak dijalankan di bab belakang green belt (zona penyangga) yang berupa mangrove dengan lebar minimum 200 meter dari bibir pantai. Hutan bakau berfungsi selaku pelindung terhadap pengikisan, pengikisan dan tiupan angin kencang yang mau mengusik akomodasi pendukung tambak.

Dasar tambak merupakan bab terbesar dari sebuah petakan dan secara langsung di gunakan selaku kawasan hiudp dan kawasan mencari makan udang. Dengan demikian kondisi tanah dasar tambak harus selalu prima sepanjang pemeliharaannya idealnya tanah dasar tambak bisa kering pada di saat tertentu contohnya dikala persiapan tambak lazimnya tanah dasar tambak yang sulit di keringkan tidak sempat teroksidasi sehingga penguraian bahan organik seperti sisa pakan atau kotoran udang tidak berjalan tepat. Penguraian materi organik yang tidak sempurna ini meyebabkan terjadinya reaksi kimia yang menciptakan zat beracun mirip amoniak atau asam sulfida. Zat beracun tersebut mampu mengancam kehidupan udang sebab itu posisi tanah dasar tambak mesti lebih tinggi dari posisi dasar jalan masuk (minimum 50 cm) sehingga air mudah mengalir ke luar.

Tanah datar yang letaknya berada erat pantai sangat sesuai untuk lokasi tambak pada tanah yang bergelombang semestinya dibuat datar apalagi dulu tanah yang paling baik yakni tanah paya-paya (jenis tanah yang berawa-rawa) yang dekat laut dan muara sungai. Daerah ini jarang mengalami kekeringan dan mempunyai kepingan hara yang cukup tinggi, tanah yang digunakan untuk lokasi tambak dicari di tempat yang masih berada di daerah pasang surut. Ketinggian seluruh daerah itu dihentikan melampaui tinggi permukaan air pasang tertinggi dan juga dilarang kurang (lebih rendah) dari permukaan air surut terendah. Untuk membuat tambak ketinggiannya mesti diadaptasi dengan perbedaan pasang surut.


Menyiapkan Benih (Benur)
Benur/benih udang bisa didapat dari tempat pembenihan (Hatchery) atau dari alam. Di alam terdapat dua macam golongan benih udang windu (benur) berdasarkan ukurannya, ialah :

a) Benih yang masih halus, yang disebut post larva.
Terdapat di tepi-tepi pantai. Hidupnya bersifat pelagis, yakni berenang bersahabat permukaan air. Warnanya coklat kemerahan. Panjang 9-15 mm. Cucuk kepala lurus atau sedikit melengkung mirip abjad S dengan bentuk keseluruhan mirip jet. Ekornya membentang ibarat kipas.

b) Benih yang sudah besar atau benih bernafsu yang disebut juvenil.
Biasanya sudah memasuki muara sungai atau jalan masuk. Hidupnya bersifat benthis, yakni suka berdiam dekat dasar perairan atau kadang menempel pada benda yang terendam air. Sungutnya berbelang-belang selangseling coklat dan putih atau putih dan hijau kebiruan. Badannya berwarna biru kehijauan atau kecoklatan hingga kehitaman. Pangkal kaki renang berbelang-belang kuning biru.

Cara Penangkapan Benur: 

a) Benih yang halus ditangkap dengan memakai alat belabar dan seser.
  • Belabar yakni rangkaian memanjang dari ikatan-ikatan daun pisang kering, rumput-rumputan, merang, atau pun materi-materi yang lain.
  • Kegiatan penangkapan dijalankan apabila air pasang.
  • Belabar dipasang tegak lurus pantai, dikaitkan pada dua buah patok, sehingga terayun-ayun di permukaan air pasang.
  • Atau hanya diikatkan pada patok di salah satu ujungnya, sedang ujung yang lain ditarik oleh si penyeser sambil dilingkarkan mendekati ujung yang terikat. Setelah lingkaran cukup kecil, penyeseran dijalankan di sekeliling belabar.
b) Benih garang ditangkapi dengan alat seser pula dengan cara langsung diseser atau dengan alat bantu rumpon-rumpon yang dibuat dari ranting pohon yang ditancapkan ke dasar perairan. Penyeseran dilaksanakan di sekeliling rumpon.

Pembenihan secara alami dijalankan dengan cara mengalirkan air bahari ke dalam tambak. Biasanya dijalankan oleh petambak tradisional. Benih udang/benur yang didapat dari pembibitan haruslah benur yang bermutu baik. Adapun sifat dan ciri benur yang berkualitas baik yang didapat dari tempat pembibitan yakni:
  • Umur dan ukuran benur mesti seragam.
  • Bila dikejutkan benur sehat akan melentik.
  • Benur berwarna tidak pucat.
  • Badan benur tidak bengkok dan tidak cacat.


Penebaran Benur
Tebar benur dijalankan setelah air jadi, yakni sesudah plankton meningkat yang ditandai dengan kecerahan air kurang lebih 30-40 cm. Penebaran benur dilakukan dengan hati-hati, alasannya ialah benur masih lemah dan gampang putus asa pada lingkungan yang gres. Tahap penebaran benur ialah :
  • Adaptasi suhu. Plastik wadah benur direndam selama 15 30 menit, biar terjadi adaptasi suhu antara air di kolam dan di dalam plastik.
  • Adaptasi udara. Plastik dibuka dan dilipat pada kepingan ujungnya. Biarkan terbuka dan terapung selama 15 30 menit semoga terjadi pertukaran udara dari udara bebas dengan udara dalam air di plastik.
  • Adaptasi kadar garam/salinitas. Dilakukan dengan cara memercikkan air tambak ke dalam plastik selama 10 menit. Tujuannya biar terjadi percampuran air yang berbeda salinitasnya, sehingga benur mampu menyesuaikan dengan salinitas air tambak.
  • Pengeluaran benur. Dilakukan dengan memasukkan sebagian ujung plastik ke air tambak. Biarkan benur keluar sendiri ke air tambak. Sisa benur yang tidak keluar sendiri, mampu dimasukkan ke tambak dengan hati-hati/perlahan.

Pemeliharaan
Pada permulaan budidaya, sebaiknya di wilayah penebaran benur disekat dengan waring atau hapa, untuk mempermudah santunan pakan. Sekat tersebut dapat diperluas sesuai dengan pertumbuhan udang, sesudah 1 minggu sekat dapat dibuka. Pada bulan pertama yang diamati mutu air mesti senantiasa stabil. Penambahan atau pergantian air dikerjakan dengan hati-hati alasannya udang masih rentan kepada pergantian kondisi air yang drastis. Untuk mempertahankan kestabilan air, setiap penambahan air baru diberi perlakuan TON dengan dosis 1 – 2 botol TON/ha untuk menumbuhkan dan menyuburkan plankton serta menetralkan materi-materi beracun dari luar tambak.

Mulai umur 30 hari dilaksanakan sampling untuk mengetahui pekembanghan udang melalui pertambahan berat udang. Udang yang wajar pada umur 30 hari sudah mencapai size (jumlah udang/kg) 250-300. Untuk berikutnya sampling dilakukan tiap 7-10 hari sekali. Produksi materi organik terlarut yang berasa dari kotoran dan sisa pakan sudah cukup tinggi, oleh alasannya itu sebaiknya air diberi perlakuan kapur Zeolit setiap beberapa hari sekali dengan dosis 400 kg/ha. Pada setiap perubahan atau penambahan air gres tetap diberi perlakuan TON.

Mulai umur 60 hari ke atas, yang mesti diamati yakni administrasi kualitas air dan kendali terhadap keadaan udang. Setiap menunjukkkan keadaan air yang jelek (ditandai dengan warna keruh, kecerahan rendah) secepatnya dilaksanakan perubahan air dan perlakuan TON 1-2 botol/ha. Jika fokus materi organik dalam tambak yang kian tinggi, menimbulkan kualitas air/lingkungan hidup udang juga kian menurun, karenanya udang mudah mengalami stres, yang ditandai dengan tidak inginmakan, kotor dan diam di sudut-sudut tambak, yang mampu menjadikan terjadinya kanibalisme.


Pakan Udang
Pakan udang ada dua macam, ialah:
  • Pakan alami yang berisikan plankton, siput-siput kecil, cacing kecil, anak serangga dan detritus (sisa hewan dan tumbuhan yang membusuk).
  • Pakan buatan berbentukpelet. Pada budidaya yang semi intensif terlebih intensif, pakan buatan sangat diharapkan. Karena dengan padat penebaran yang tinggi, pakan alami yang ada tidak akan cukup yang menimbulkan perkembangan udang terhambat dan akan muncul sifat kanibalisme udang.

Pelet udang dibedakan dengan penomoran yang berlainan sesuai dengan pertumbuhan udang yang normal.
  • Umur 1-10 hari pakan 01
  • Umur 11-15 hari adonan 01 dengan 02
  • Umur 16-30 hari pakan 02
  • Umur 30-35 gabungan 02 dengan 03
  • Umur 36-50 hari pakan 03
  • Umur 51-55 gabungan 03 dengan 04 atau 04S. (bila memakai 04S, diberikan sampai umur 70 hari).
  • Umur 55 hingga panen pakan 04, kalau pada umur 85 hari size rata-rata menjangkau 50, digunakan pakan 05 hingga panen.

Kebutuhan pakan awal untuk setiap 100.000 ekor yakni 1 kg, selanjutnya tiap 7 hari sekali ditambah 1 kg hingga umur 30 hari. Mulai umur tersebut dilaksanakan cek ancho dengan jumlah pakan di ancho 10% dari pakan yang diberikan. Waktu angkat ancho untuk size 1000-166 yakni 3 jam, size 166-66 adalah 2,5 jam, size 66-40 yaitu 2,5 jam dan kurang dari 40 yakni 1,5 jam dari santunan.

Untuk mengembangkan pertumbuhan udang, perlu penambahan nutrisi lengkap dalam pakan. Untuk itu, pakan mesti diaduk dengan VITERNA Plus dan POC NASA yang mengandung mineral-mineral penting, protein, lemak dan vitamin dengan dosis 5 cc/kg pakan untuk umur dibwah 60 hari dan sesudah itu 10 cc/kg pakan hingga panen.

Persiapan Sebelum Pelaksanaan Panen
Sebelum melaksanakan panen ada beberapa pertimbangan yang perlu diamati dalam rangka membuat udang yang bermutu baik. Pada saat perlakuaan pra-panen hal itu mencakup membersihkan tambak dari kotoran dan sampah mirip tritip pada ketika melaksanakan penangkapan atau penjaringan. Cacat pada udang akan menurunkan mutu dan harga udang maka mesti dibersihkan tambak dari lumpur, sampah dan lumut. Untuk itu mampu dilakukan siphon satu ahad sebelum panen usahakan udang tidak dalam kondisi soft sheel lantaran akan mempengaruhi harga udang tersebut.

Adapun kegiatan yang harus dilaksanakan pada sewaktu antisipasi tambak yang akan dipanen yakni :
  • Pemeriksaan Sarana dan Prasarana Panen.
  • Pastikan sarana dan prasarana panen tersedia dengan kondisi baik dan tentukan terusan Sub Inlet terisi air penuh untuk digunakan mencuci udang.
  • Pemeriksaan Sisa Pakan di Gudang Petambak.
  • Pastikan sisa pakan di gudang petambak 1 hari sebelum panen dan buatkan bukti retur yang ditandatangani oleh petambak dan Team Aquaculture.
  • Pemeriksaan Kondisi Udang.
  • Lakukan pemeriksaan kondisi adang 1 hari sebelum panen untuk memutuskan bahwa udang tidak moulting lakukan penundaan panen bila didapatkan udang Moulting 5%.
  • Pengaturan Ketinggian Air.
  • Sebelum panen dijalankan rencana panen mesti sudah disusun dengan baik Harvesting Team akan menghubungi supervesor dan petambak untuk mempersiapkan panen. Dalam hal ini petambak mulai melakukan pengaturan ketinggian air agar sesuai dengan kriteria ketinggian air untuk proses panen.

Panen
Udang dipanen disebabkan lantaran tercapainya bobot panen (panen wajar ) dan alasannya terserang penyakit (panen emergency). Panen wajar umumnya dilaksanakan pada umur kurang lebih 120 hari, dengan size wajar rata-rata 40 – 50. Sedang panen emergency dijalankan kalau udang terserang penyakit yang ganas dalam skala luas (misalnya SEMBV/bintik putih). Karena bila tidak secepatnya dipanen, udang akan habis/mati.


Udang yang dipanen dengan syarat kualitas yang baik yaitu yang berukuran besar, kulit keras, higienis, licin, bersinar, alat badan lengkap, masih hidup dan segar. Penangkapan udang pada dikala panen dapat dilaksanakan dengan jala tebar atau jala tarik dan diambil dengan tangan. Saat panen yang bagus yaitu malam atau dini hari, biar udang tidak terkena panas sinar matahari sehingga udang yang sudah mati tidak cepat menjadi merah/rusak.

Pasca Panen
Beberapa hal yang penting yang perlu diperhatikan dalam penanganan pasca panen :
  • Alat-alat yang digunakan mesti higienis.
  • Penanganan mesti cepat, cermat, dan hati-hati.
  • Hindarkan terkena sinar matahari pribadi.
  • Cucilah udang dari kotoran dan lumpur dengan air bersih.
  • Masukkan ke dalam keranjang, baskom, atau tong, dan siram dengan air bersih.
  • Selalu menggunakan es batu untuk mendinginkan dan mengawetkan udang.
  • Selain didinginkan dapat juga direndam dalam larutan NaCl 100 ppm untuk mengawetkan udang pada temperatur kamar dan untuk membunuh kuman pembusuk mirip : Salmonella, Vibrio, Staphylococcus.
Demikian Artikel singkat perihal sekilas teknis budidaya udang windu, semoga berfaedah!!




Referensi :
mesti di isi/search?q=budidaya-udang-windu
https://nurhasanaquacultur.wordpress.com/2015/02/17/budidaya-udang-windu/

Tag post : budidaya udang windu, cara budidaya udang windu, budidaya udang windu dengan pakan alami, budidaya udang windu di tambak, budidaya udang windu air tawar, cara budidaya udang windu di kolam terpal, budidaya udang windu di kolam terpal, panduan budidaya udang windu, budidaya udang windu tradisional plus. budidaya udang windu pdf, budidaya udang windu tradisional, makalah budidaya udang windu, budidaya udang windu intensif, cara budidaya udang windu secara tradisional, teknik budidaya udang windu. cara budidaya udang windu air tawar, budidaya udang windu secara intensif, budidaya udang windu tambak tradisional, contoh tawaran perjuangan budidaya udang windu, cara budidaya udang windu di tambak