Ikan Betutu (ikan malas) mempunyai kelebihan tahan hidup di perairannya yang terbatas. Ikan ini sering dipasarkan dalam bentuk hidup. Ikan yang tergolong mahal ini merupakan kuliner favorit di beberapa negara. Meski kulitnya berwarna seram tetapi daging di dalamnya berwarna putih bersih. Meskipun mempunyai peluangpasar selaku komoditas ekspor ke aneka macam negara, hingga kini ketersediaan betutu belum mampu memenuhi peluang tersebut alasannya bergantung terhadap hasil penangkapan di alam. Di perairan Waduk Cirata, penelusuran ikan betutu dimulai dari hulu Sungai Citarum, Cibalagung, dan Cikundul. Alat tangkap yang digunakan yaitu jaring lempar dengan mesh size 2-3 inchi, jenis bubu, dan pancing.
Ikan betutu yang berhasil ditangkap selanjutnya dikumpulkan dalam jaring dan dipilah menurut ukurannya, benih dan konsumsi. Selanjutnya, benih didomestikasi untuk budidaya pembesaran ikan betutu dengan tata cara bantuan pakan yang terkontrol. Adapun hasil tangkapan dengan ukuran ikan konsumsi pribadi dijual melalui bandar dengan harga yang cukup bermacam-macam, kisaran Rp 150.000-185.000/kg.
Ikan betutu dapat memijah secara alami dan tidak memerlukan perlakuan yang rumit. Namun untuk kontinuitas buatan sepanjang musim diharapkan metode budidaya terkontrol sehingga tidak menghancurkan kelestarian alam. Di alam, betutu akan kawin pada demam info penghujan di kawasan yang berpasir bersih. Ikan ini kawin secara berpasangan. Telurnya akan dietakkan di dasar atau ditempelkan pada substrat, pinggiran kerikil, atau akar pokok kayu yang bersih. Telurnya akan tampak seperti kabut atau kapas yang sangat lembut dan halus yang menempel pada substrat.
Induk betutu biasanya dikumpulkan dari alam sebab perlu waktu yang usang dan pakan yang sungguh banyak untuk menciptakan induk di kolam. Induk-induk ini biasanya dikumpulkan di antara betutu akil balig cukup akal dan diseleksi yang mempunyai tubuh sehat. Induk jantan mampu dibedakan dari induk betina dengan melihat ciri-ciri morfologis selaku berikut, ciri induk yang bermutu.
Betina
Badannya berwana lebih gelap. Bercak hitam lebih banyak. Papila urogenital berbentuk tonjolan memanjang yang lebih besar. membundar. warnanya memerah dikala menjelang memijah. Ukurannya lebih kecil ketimbang jantan pada umur yang sama. Berbadan sehat, dan sampaumur.
Jantan
Badannya berwana lebih jelas. Bercak hitam lebih sedikit. Papila orogenital berupa segitiga, pipih, dan kecil. Pada umur yang sama ukurannya lebih besar dari pada betina. Berbadan sehat, sampaumur.
Badannya berwana lebih jelas. Bercak hitam lebih sedikit. Papila orogenital berupa segitiga, pipih, dan kecil. Pada umur yang sama ukurannya lebih besar dari pada betina. Berbadan sehat, sampaumur.
Tehnik memijahkan ikan betutu (Oxyeleotris marmoroto) dijalankan dengan dua cara, yakni pemijahan secara alami dan pemijahan secara induksi (kawin suntik). Pada pemijahan alami tidak memedulikan isu terkini, bisa 3-4 kali dalam satu tahun. ikan betutu mempunyai cita-cita untuk memijah biasanya dikala trend hujan. pada mulut lebih banyak didominasi hujan perkembangbiakan ikan betutu ini akan meningkat. Pada puncak berita terkini kemarau (Juli-September) betutu agak malas untuk berkembangbiak, tetapi pada pemeliharaan intensif ikan betutu ini dapat memijah dengan santunan pakan yang berkualitas.
Pemijahan secara alami dilaksanakan di kolam pemijahan yang berskala 20 x 10 m2 dengan kedalaman air 70-80 cm atau pada kolam semen yang lebih sempit. Debit air dijaga sekitar 25 liter/menit. pada bak pemijahan dilengkapi dengan sarang berupa segitiga yang yang dibuat dari asbes yang disatukan, berukuran 30 cm. Tempat penempel telur ini sekaligus menjadi pengumpul telur.
Pemijahan secara alami dilaksanakan di kolam pemijahan yang berskala 20 x 10 m2 dengan kedalaman air 70-80 cm atau pada kolam semen yang lebih sempit. Debit air dijaga sekitar 25 liter/menit. pada bak pemijahan dilengkapi dengan sarang berupa segitiga yang yang dibuat dari asbes yang disatukan, berukuran 30 cm. Tempat penempel telur ini sekaligus menjadi pengumpul telur.
Proses Pembenihan Ikan Betutu
Persiapan kolam
Induk disediakan apalagi dulu. Untuk kolam pemijahan seluas 200 m2, bisa disiapkan induk yang rata-rata berukuran 300 g sebanyak 35-40 pasang. Sementara untuk kolam kecil, dengan luas 8 m2, mampu dimasukkan induk sebanyak 3-4 pasang. Sebelum induk dimasukkan, kolam pemijahan dilengkapi dengan sarang pemijahan berupa segitiga yang dibentuk dari asbes. Ukuran panjang segitigiga 30 cm yang diikat dengan kawat dan diberi pelampung untuk mempermudah mengetahui keberadaannya. Induk dimasukkan ke dalam bak pemijahan sehabis kolam terisi air setinggi 40-45 cm. Selama proses pemijahan, sebaiknya kolam memperoleh pergantian air secara kontinyu. Proses pergantian air secara kontinyu ini terbukti bisa merangsang pemijahan hampir semua jenis ikan secara alami.
Induk disediakan apalagi dulu. Untuk kolam pemijahan seluas 200 m2, bisa disiapkan induk yang rata-rata berukuran 300 g sebanyak 35-40 pasang. Sementara untuk kolam kecil, dengan luas 8 m2, mampu dimasukkan induk sebanyak 3-4 pasang. Sebelum induk dimasukkan, kolam pemijahan dilengkapi dengan sarang pemijahan berupa segitiga yang dibentuk dari asbes. Ukuran panjang segitigiga 30 cm yang diikat dengan kawat dan diberi pelampung untuk mempermudah mengetahui keberadaannya. Induk dimasukkan ke dalam bak pemijahan sehabis kolam terisi air setinggi 40-45 cm. Selama proses pemijahan, sebaiknya kolam memperoleh pergantian air secara kontinyu. Proses pergantian air secara kontinyu ini terbukti bisa merangsang pemijahan hampir semua jenis ikan secara alami.
Pemijahan
Tingkah laku pemijahan ikan betutu mencakup 5 tahap, yaitu membentuk tempat kekuasaan, menciptakan sarang pemijahan, proses kawin, memijah dan meletakkan telurnya pada sarang, dan mempertahankan telurnya. Pemijahan lazimnya terjadi pada malam hari, namun tidak jarang pada Siang hari betutu juga memijah. Ikan ini akan kawin di dalam segitiga sarang pemijahan. Selanjutnya, telur yang dihasilkan akan ditempelkan ke dalam kotak segitiga sarang pemijahan tersebut.
Penetasan Telur dan Perawatan Benih
Telur ikan betutu berupa lonjong, transparan. Ukurannya sungguh kecil, kira-kira cuma bergaris tengah 0,83 mm. Telur tersebut melekat pada dinding sarang. Setelah kontak dengan air selama 10-15 menit, membran vitelinya akan mengembang terns dan panjang telur berkembangsekitar 50 % sampai telur berskala 1,3 mm. Penetasan telur dikerjakan di akuarium dengan mengangkat sarang pemijahan yang sudah berisi telur. Sebuah sarang pemijahan mampu ditempati oleh sepasang induk, namun mampu juga ditempati beberapa ekor induk. Kapasitas akuarium sebaiknya sekurang-kurangnya60 liter. Untuk menjamin proses penetasan, diberi aerasi agak besar lengan berkuasa, dan ditetesi beberapa tetes. Malachytgreen atau Metilen blue untuk menangkal jamur (fungi). Telur yang terserang jamur akan tampak putih berbulu dan sebaiknya secepatnya disifon supaya tidak menulari telur yang lain. Jumlah telur dalam setiap sarang berkisar 20.000- 30.000 butir. Telur tidak menetas dalam waktu yang berbarengan. Biasanya, penetasan berlangsung 2-4 hari. Setelah telur menetas, kekuatan aerator dikurangi. Adapun persentase telur yang menetas antara 80-90%.
Tingkah laku pemijahan ikan betutu mencakup 5 tahap, yaitu membentuk tempat kekuasaan, menciptakan sarang pemijahan, proses kawin, memijah dan meletakkan telurnya pada sarang, dan mempertahankan telurnya. Pemijahan lazimnya terjadi pada malam hari, namun tidak jarang pada Siang hari betutu juga memijah. Ikan ini akan kawin di dalam segitiga sarang pemijahan. Selanjutnya, telur yang dihasilkan akan ditempelkan ke dalam kotak segitiga sarang pemijahan tersebut.
Penetasan Telur dan Perawatan Benih
Telur ikan betutu berupa lonjong, transparan. Ukurannya sungguh kecil, kira-kira cuma bergaris tengah 0,83 mm. Telur tersebut melekat pada dinding sarang. Setelah kontak dengan air selama 10-15 menit, membran vitelinya akan mengembang terns dan panjang telur berkembangsekitar 50 % sampai telur berskala 1,3 mm. Penetasan telur dikerjakan di akuarium dengan mengangkat sarang pemijahan yang sudah berisi telur. Sebuah sarang pemijahan mampu ditempati oleh sepasang induk, namun mampu juga ditempati beberapa ekor induk. Kapasitas akuarium sebaiknya sekurang-kurangnya60 liter. Untuk menjamin proses penetasan, diberi aerasi agak besar lengan berkuasa, dan ditetesi beberapa tetes. Malachytgreen atau Metilen blue untuk menangkal jamur (fungi). Telur yang terserang jamur akan tampak putih berbulu dan sebaiknya secepatnya disifon supaya tidak menulari telur yang lain. Jumlah telur dalam setiap sarang berkisar 20.000- 30.000 butir. Telur tidak menetas dalam waktu yang berbarengan. Biasanya, penetasan berlangsung 2-4 hari. Setelah telur menetas, kekuatan aerator dikurangi. Adapun persentase telur yang menetas antara 80-90%.
Pemberian Pakan
Pemberian pakan berupa pakan alami maupun pakan pelet yang telah dilunakkan dikerjakan setelah cadangan kuliner larva yang gres menetas telah habis. Pemberian pakan kita lakukan sesuai dengan keperluan ikan yaitu 3x sehari pada pagi hari, siang dan sore secara adlibitum. Setelah ikan mulai bertambah besar selanjutnya kita pindahkan ke bak pendederan hingga bisa dipanen untuk dijadikan bibit yang hendak dibesarkan ataupun di jual.
Pendederan
Pendederan dimaksudkan untuk memelihara larva yang gres menetas dan sudah habis kuning telurnya (yolk sack) ke dalam bak untuk menerima ikan yang seukuran sejari (fingerling). Pendederan biasanya dibagi menjadi 2 bagian, yaitu pendederan I dan pendederan II. Pendederan I dilaksanakan di dalam kolam atau kolam yang lebih kecil, berukuran 5 m x 2 m dengan kedalaman 1 m. Kolam ini dipasangi hapa dengan ukuran mata 500 mikron (0,5 mm) yang berukuran 100 cm x 75 cm dan tinggi 60 cm.
Banyaknya hapa yang dipasang tergantung benih yang mau ditebar. Kepadatan penebaran di dalam hapa pada pendederan I yaitu 30.000 ekor /m2 atau 30 ekor/liter air. Jadi, ke dalam bak tersebut mampu ditampung sebanyak 100.000-150.000 ekor larva, hasil dari 3-5 buah sarang, dengan kedalaman air 50 cm. Lama pemeliharaan di dalam pendederan I ini adalah 2 bulan. Dengan pakan yang disuplai dari luar, akan dihasilkan benih seukuran 1-2 cm dengan tingkat hidup menjangkau 20%. Untuk pendederan 11, diharapkan bak yang luasnya 50 m2 dengan ukuran 5 m x 10 m dan kedalaman kolam 0,7 meter. Kolam dipupuk dengan kotoran ayam sebanyak 0,5-1,5 kg /m2, tergantung dari kesuburan kolam. Lama pemeliharaan di pendederan II yakni 4 bulan dan akan dihasilkan benih betutu berskala 10 cm (30-50 g) dengan tingkat kehidupan bisa meraih 100%.
Pembesaran
Pembesaran dimaksudkan untuk menghasilkan betutu berskala konsumsi. Kolam yang dibutuhkan seluas 200-600 m2. Kolam diusahakan memperoleh air barn dengan konstruksi pematang bak dari tanah dengan apalagi dulu ditentukan tidak bocor. Idealnya bak betutu dengan pematang yang ditembok. Di dalam kolam diposisikan beberapa tempat persembunyian berupa ban bekas atau dawn kelapa karena betutu menghendaki lingkungan yang agak remang-remang. Kolam dipupuk terlebih dahulu dengan kotoran ayam dengan takaran 0.5-1.5 kg/m2. Kolam diairi dengan air yang sudah melalui saringan. Selanjutnya benih berukuran ditebarkan. Adapun kepadatan penebaran tergantung benih yang ditebarkan. Untuk benih berskala 100 g bisa ditebarkan 20 ekor/m2, sedangkan yang berukuran 175 gr mampu ditebarkan sebanyak 8 ekor/m2. Dalam tempo 5 bulan benih yang beratnya 100 gr dapat berubah menjadi 250 gr/ekor, sedangkan yang berukuran 175 gr dapat menjangkau berat 400 gr/ekor selama 6 bulan.
Pemberian pakan berupa pakan alami maupun pakan pelet yang telah dilunakkan dikerjakan setelah cadangan kuliner larva yang gres menetas telah habis. Pemberian pakan kita lakukan sesuai dengan keperluan ikan yaitu 3x sehari pada pagi hari, siang dan sore secara adlibitum. Setelah ikan mulai bertambah besar selanjutnya kita pindahkan ke bak pendederan hingga bisa dipanen untuk dijadikan bibit yang hendak dibesarkan ataupun di jual.
Pendederan
Pendederan dimaksudkan untuk memelihara larva yang gres menetas dan sudah habis kuning telurnya (yolk sack) ke dalam bak untuk menerima ikan yang seukuran sejari (fingerling). Pendederan biasanya dibagi menjadi 2 bagian, yaitu pendederan I dan pendederan II. Pendederan I dilaksanakan di dalam kolam atau kolam yang lebih kecil, berukuran 5 m x 2 m dengan kedalaman 1 m. Kolam ini dipasangi hapa dengan ukuran mata 500 mikron (0,5 mm) yang berukuran 100 cm x 75 cm dan tinggi 60 cm.
Banyaknya hapa yang dipasang tergantung benih yang mau ditebar. Kepadatan penebaran di dalam hapa pada pendederan I yaitu 30.000 ekor /m2 atau 30 ekor/liter air. Jadi, ke dalam bak tersebut mampu ditampung sebanyak 100.000-150.000 ekor larva, hasil dari 3-5 buah sarang, dengan kedalaman air 50 cm. Lama pemeliharaan di dalam pendederan I ini adalah 2 bulan. Dengan pakan yang disuplai dari luar, akan dihasilkan benih seukuran 1-2 cm dengan tingkat hidup menjangkau 20%. Untuk pendederan 11, diharapkan bak yang luasnya 50 m2 dengan ukuran 5 m x 10 m dan kedalaman kolam 0,7 meter. Kolam dipupuk dengan kotoran ayam sebanyak 0,5-1,5 kg /m2, tergantung dari kesuburan kolam. Lama pemeliharaan di pendederan II yakni 4 bulan dan akan dihasilkan benih betutu berskala 10 cm (30-50 g) dengan tingkat kehidupan bisa meraih 100%.
Pembesaran
Pembesaran dimaksudkan untuk menghasilkan betutu berskala konsumsi. Kolam yang dibutuhkan seluas 200-600 m2. Kolam diusahakan memperoleh air barn dengan konstruksi pematang bak dari tanah dengan apalagi dulu ditentukan tidak bocor. Idealnya bak betutu dengan pematang yang ditembok. Di dalam kolam diposisikan beberapa tempat persembunyian berupa ban bekas atau dawn kelapa karena betutu menghendaki lingkungan yang agak remang-remang. Kolam dipupuk terlebih dahulu dengan kotoran ayam dengan takaran 0.5-1.5 kg/m2. Kolam diairi dengan air yang sudah melalui saringan. Selanjutnya benih berukuran ditebarkan. Adapun kepadatan penebaran tergantung benih yang ditebarkan. Untuk benih berskala 100 g bisa ditebarkan 20 ekor/m2, sedangkan yang berukuran 175 gr mampu ditebarkan sebanyak 8 ekor/m2. Dalam tempo 5 bulan benih yang beratnya 100 gr dapat berubah menjadi 250 gr/ekor, sedangkan yang berukuran 175 gr dapat menjangkau berat 400 gr/ekor selama 6 bulan.
Demikian pembahasan singkat perihal sekilas metode budidaya pembenihan ikan betutu. Dimuat berdasarkan informasi dari https://nurhasanaquacultur.wordpress.com/2016/10/11/budidaya-ikan-betutu/. Gambar dimuat dari pencarian google dengan kata kunci "ikan betutu, budidaya ikan betutu, pembenihan ikan betutu". sekian, biar bermanfaat!! Terimakasih.