Rumput laut merupakan harta karun alam yang tak ternilai. Tumbuhan yang digolongkan ke dalam kalangan algae ini memang mengandung banyak senyawa aktif yang dikenali baik untuk kesehatan insan. Rumput laut dalam tatanan ilmu biologi lebih dikenali dengan nama ganggang karena kata rumput maritim agak rancu alasannya bisa meliputi tanaman lain. Ganggang atau rumput maritim digolongkan selaku tanaman tingkat rendah karena tidak mempunyai struktur lengkap layaknya tumbuhan daratan. Namun, bila dikaji secara morfologis, rumput maritim terlihat mempunyai batang, daun juga akar. Tetapi, hal tersebut sebenarnya cuma thallus. Thallus sendiri mempunyai banyak bentuk, bisa bulat sarat , kantung, helaian rambut dan masih banyak lagi yang lain.
Biologi Rumput Laut
Rumput maritim atau algae merupakan tumbuhan laut yang secara morfologis tidak dapat dibedakan antara akar, batang dan daun secara terang. Seluruh tubuh rumput laut disebut thallus yang terdiri atas holdfast, stipe, dan blade. Holdfast mirip dengan akar pada tanaman tingkat tinggi, namun struktur dan fungsinya berlawanan. Fungsi utama holdfast yakni menempel pada substrat. Stipe seperti dengan batang pada tumbuhan tingkat tinggi yang berfungsi selaku tempat proses fotosintesis dan perembesan komponen hara dari air. Blade seperti dengan daun, bentuknya beragam dan berfungsi untuk fotosintesis, menyerap nutrien dari air dan untuk reproduksi.
Rumput laut yang dibudidayakan di Indonesia yaitu rumput maritim yang bernilai irit serta mempunyai bentuk dan karakteristik yang berlawanan-beda. Perbedaan rumput bahari jenis satu dengan jenis yang yang lain terletak pada bentuk thallusnya. Bentuk thallus rumput maritim ada yang bundar seperti tabung, pipih, gepeng, bulat mirip kantong, rambut dan lain sebagainya. Thallus ini ada yang tersusun cuma oleh satu sel (uniseluler) atau banyak sel (multiseluler) yang percabangannya bisa dua-dua terus menerus (dichotomus), dua-dua berlawanan sepanjang thallus utama (pinate), berderet searah pada satu segi thallus utama (pectinate) dan ada juga yang sederhana tidak bercabang. Sifat substansi thallus juga bervariasi ada yang lunak mirip gelatin (gelatinous), keras alasannya adalah mengandung zat kapur (calcareous), lunak bagaikan tulang beresiko (cartilagenous), berserabut (spongeous) dan sebagainya.
Klasifikasi Rumput Laut
Secara taksonomi, rumput laut dikelompokan kedalam divisio Thallophyta. Berdasarkan kandungan pigmennya, rumput maritim dikelompokan menjadi empat kelas, yakni alga hijau (Chlorophyceae), alga hijau biru (Cyanophyceae), alga coklat (Phaeophyceae) dan alga merah (Rhodophyceae). Rhodophyceae memiliki pigmen fikobilin yang terdiri fikoeritrin (berwarna merah) dan fikosianin (berwarna biru). Selain itu, Rhodophyceae bersifat penyesuaian kromatik, ialah mempunyai adaptasi antara proporsi pigmen dengan aneka macam kualitas pencahayaan dan bisa menyebabkan banyak sekali warna pada thallus menyerupai merah renta, merah muda, pirang, coklat, kuning dan hijau.
Rumput maritim atau alga merah (Rhodophyceae) memiliki ciri utama thalli atau kerangka badan yang berupa bulat silindris atau bahkan gepeng. Warna yang lebih banyak didominasi yaitu merah, tetapi pada jenis tertentu kita mampu mendapatkan Rhodophyceae dengan warna merah kecoklatan dan hijau kekuningan. Cabang pada rumput laut merah saling menyilang secara tidak teratur atau biasa diketahui dengan ungkapan tricotomus. Cabang tersebut juga mempunyai benjolan dan duri-duri spines. Dalam ilmu taksonomi, penjabaran rumput maritim merah selaku berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Rhodophyta
Class : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Famili : Solieraciae
Genus : Euchema
Spesies dari divisi ini yang mempunyai nilai irit yaitu dari marga Gracilaria, Gelidium, Hypnea, Gigartina, Rhodymenia dan Eucheuma selaku penghasil ekstrak caragenan, food stuff dan penghasil semoga-biar. Marga Eucheuma berisikan dua spesies yaitu E. spinosum dan E. cottoni. Rumput maritim jenis E. cottoni mempunyai penjabaran taksonomi selaku berikut:
Division : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Bangsa : Gigartinales
Suku : Solierisceae
Marga : Eucheuma
Jenis : Eucheuma cottoni
E. cottoni ialah alga dari divisi Rhodophyta (alga merah) yang mempunyai morfologi khusus adalah thallus berupa bulat silindris atau pipih dengan percabangan tidak teratur dan agresif (ditrikotomus). Thallus tersebut ada yang berwarna hijau, hijau kuning, bubuk-bubuk atau merah, coklat ungu atau hijau kekuningan dengan permukaan yang licin .
Rumput maritim jenis E. spinosum mempunyai penjabaran taksonomi selaku berikut:
Division : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Bangsa : Gigartinales
Suku : Solierisceae
Marga : Eucheuma
Jenis : Eucheuma spinosum
E. spinosum secara morfologi mempunyai ciri khusus thallus berupa silindris dengan permukaan licin, lunak, warna coklat bau tanah, hijau kuning atau merah ungu, terdapat duri yang tumbuh berderet melingkari thallus dengan interval yang bermacam-macam sehingga membentuk ruas-ruas thallus diantara bulat duri. Percabangan berlawanan atau berselang-seling dan berkala pada formasi duri antar ruas dan merupakan kepanjangan dari duri tersebut. Cabang dan duri ada juga yang berkembang pada ruas thallus namun agak pendek. Ujung percabangan meruncing dan setiap percabangan mudah menempel pada substrat.
Rumput maritim H. durvillaei mempunyai pembagian terstruktur mengenai taksonomi selaku berikut:
Division : Rhodophyta
Kelas : Florideophyceae
Bangsa : Halymeniales
Suku : Halymeniales
Marga : Halymeniaceae
Jenis : Halymenia durvillaei
H. durvillaei mempunyai ciri morfologi khusus merupakan thallus berupa pipih, kompak dengan permukaan licin dan lunak fleksibel, warna merah wangi tanah atau merah muda, mempunyai percabangan yang banyak berselang-seling tidak beraturan pada kedua sisinya. Thallus bagian bawah biasanya melebar dan mengecil ke bab puncak dengan pinggiran bergerigi.
Rumput laut coklat (Phaeophyceae) didominasi oleh pigmen berjulukan xantofil. Pigmen tersebut yang bertanggungjawab atas terbentuknya warna coklat pada rumput maritim jenis ini. Selain xantofil, rumput laut coklat juga mempunyai pigmen lain seperti klorofil dan karoten. tetapi jumlahnya tidak secara umum dikuasai sehingga tidak terlihat dalam bentuk warna. Rumput laut coklat mempunyai bentuk serupa helaian benang dan lembaran. Rumput maritim coklat mempunyai banyak manfaat di antaranya menyembuhkan penyakit kangker, menghalangi dan memulihkan stroke, sebagai penghasil yodium, materi utama pupuk, materi baku aneka macam macam sup, dan masih banyak lagi yang lain. Dalam ilmu taksonomi, pembagian terencana mengenai Phaeophyceae selaku berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Phaeophyta
Class : Phaeophyceae
Ordo : Fucales
Famili : Sargassaceae
Genus : Sargassum
Rumput maritim hijau atau Chlorophyceae merupakan ganggang yang mengandung pigmen khlorofil A dan B, santofil dan juga karoten. Namun yang paling mayoritas yakni Khlorofil dan bertanggungjawab atas warna hijau yang tampakpada semua bab Chlorophyceae. Rumput maritim hijau memiliki dinding sel yang condong berlendir sehingga terasa sungguh licin dikala dipegang. Selain di maritim, jenis ini biasa ditemukan di danau dan juga kolam. Pemanfaatan ganggang hijau ini cukup bermacam-macam antara lain selaku materi kuliner, kosmetik, obat-obatan dan masih banyak lagi lainnya. Adapun klasifikasi rumput maritim hijau dalam metode taksonomi selaku berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Chlorophyta
Class : Chlorophyceae
Ordo : Halimedales
Genus : Caulerpa
Jenis rumput maritim terakhir merupakan ganggang hijau-biru atau Cyanophyceae. Ganggang hijau-biru mengandung pigmen klorofil a, karetenoid, dan fikosianin. Adanya fikosianin mengakibatkan rumput laut hijaubiru mempunyai warna yang sungguh khas, yitu hijau kebiru-biruan. Namun, tidak semua ganggang jenis ini berwarna hijau-biru. Beberapa jenis ada yang berwarna hitam, coklat, kuning, merah, hijau rumput dan banyak sekali variasi warna lainnya. Ganggang hijau-biru berperan penting selaku tanaman perintis oleh lantaran sifatnya yang membentuk lapisan pada permukaan tanah botak. Rumput bahari ini juga berperan penting dalam memperbesar materi organik ke dalam tanah.
Ciri Filamen
Filamen terdiri dari sel yang disusun serta dipisahkan oleh dinding sepunya.Filamen dibagi menjadi dua jenis ialah uniseriat dan multiseriat. Filamen uniseriat ialah sel-sel yang disusun dalam satu siri manakala filamen multiseriat pula sel-sel yang tersusun lebih ketimbang satu siri. Filamen diperoleh lewat proses pembagian sel yang mau membuat percabangan. Melalui proses percabangan ini, dihasilkan empat jenis yaitu talus filamen bercabang gampang, heterotrik, parenkima dan pseudoparenkima.
Ciri Sifon
Ciri sifon boleh dilihat pada alga hijau yang mana pembesaran berlaku pada jasad tanpa menghasilkan dinding pemisah (septum) untuk membentuk jasad multinukleus. Sebaliknya, septum ini cuma didapati dikala pembentukan organ pembiakan. Contoh alga yang mempunyai ciri sifon yakni divisi Siphonales mirip Caulerpa dan Codium.
Sistem Reproduksi Rumput Laut
Reproduksi rumput laut berlawanan dengan tanaman tingkat tinggi yang umumnya hidup di pantai. Rumput laut bereproduksi melalui dua cara yakni secara generatif (seksual) dengan gamet (thallus dipploid yang membuat spora), dan secara vegetatif (aseksual) dengan thallus.
Reproduksi Secara generatif
Secara generatif terjadi dengan adanya peleburan antara gamet-gamet yang berlawanan yakni antara spermatozoid yang dihasilkan dalam antheridia dengan sel telur atau ovum yang dihasilkan dalam oogenium. Proses fertilisasi terjadi sehabis spermatium meraih trikogin dan karpogonium, meleburkan pada dasarnya dan bersatu dengan inti telur yang lalu akan menciptakan zigot. Zigot yang dihasilkan mengalami pembelahan menjadi sel-sel yang bersifat diploid. Kelompok sel yang diploid tersebut dinamakan karposporofit. Karposporofit mampu dianggap selaku gametotif betina alasannya mengambil masakan darinya. Inti-inti diploid tersebut dapat terbawa ke sel-sel lain dalam gametofit betina lewat filamen coblast. Akibatnya dalam satu kali fertilisasi dapat terbentuk karposporofit diploid yang mau berkembang menjadi tetrasporofit.
Reproduksi secara vegetatif
Reproduksi secara vegetatif adalah fragmentasi terjadi pada alga uniseluler yakni dengan cara pembelahan sel sedangkan pada alga multiseluler, thallus akan patah menjadi penggalan-bab yang lebih kecil lalu tiap belahan tersebut akan tumbuh menjadi individu baru yang awalnya tetrasporofit yang hidup bebas (diploid) sel-selnya menjalani proses meiosis. Tetraspora kemudian dilepaskan dan berkembang menjadi gametofit jantan dan betina yang haploid. Gametofit jantan yang telah dewasa membuat sel-sel spermatangial yang nantinya menjadi sel spermatangia, sedangkan gametofit betina menghasilkan sel khusus yang disebut karpogonia yang dihasilkan dari cabang-cabang karpogonial. Faktor-faktor lingkungan sangat kuat dalam proses reproduksi rumput laut menyerupai suhu, salinitas, cahaya, gerakan air (arus) dan komponen hara (nitrat dan fosfat).
Kandungan Rumput Laut
Rumput laut mengandung materi-materi organik mirip polisakarida, hormon, vitamin, mineral, dan juga senyawa bioaktif. Vitamin yang terkandung dalam rumput maritim antara lain vitamin D, K, Karotenoid (Prekursor vitamin A), vitamin B kompleks, dan tokoferol. Kandungan kimia ini sungguh bermacam-macam dan dipengaruhi oleh faktor demam isu, lokasi geografi kawasan berkembang, jenis spesies, umur panen, kondisi lingkungan.
Polisakarida yang terkandung di dalam rumput maritim memiliki tiga fungsi penting yakni selaku struktur penyusun dinding sel untuk memberi kekuatan mekanik yang bersifat tidak larut air, sebagai sumber cadangan kuliner dan selaku pengikat yang berfungsi untuk pelindung antar sel. Rumput laut juga mengandung banyak sekali macam zat dan materi yang memiliki kegunaan dalam banyak sekali industri. Zat-zat dan materi tersebut merupakan selaku berikut :
1. Algin yakni materi yang dikandung oleh Phaepophyceae yang sungguh diketahui dalam dunia industri dan perdagangan, lantaran banyak manfaatnya. Dalam dunia industri, algin berupa asam alginik (Alginic acid) atau alginate.
2. Agar-biar ialah senyawa ester asam sulfat dari senyawa galaktan, tidak larut dalam air hambar, namun larut dalam air panas dengan membentuk gel.
3. Karaginan merupakan polisakarida yang diekstraksi dari rumput laut merah jenis Chondrus, Eucheuma, Gigartina, Hypnea, Iradea, dan Phyllophora. Karaginan dibedakan dengan biar-semoga berdasarkan kandungan sulfatnya. Karaginan mengandung minimal 18% sulfat, sedangkan supaya-biar cuma mengandung 3,4% sulfat. Rumput laut merah mempunyai kelebihan daripada rumput laut yang lainnya yaitu banyak mengandung senyawa bioaktif turunan dari oksidasi asam lemak yang disebut Ocylipin. Senyawa turunan ini berasal dari turunan Sesquiterpene, khususnya dari golongan Laurencia chondrioides.
Pemanfaatan Rumput Laut
Rumput bahari memiliki banyak manfaat, baik secara langsung maupun tidak pribadi. Secara pribadi bermanfaat selaku wilayah hidup sekaligus bantuan bagi biota yang lain. Sedangkan secara tidak langsung memiliki kegunaan selaku bahan baku dalam industri dan kesehatan. Pemanfaatan rumput maritim di beberapa negara menyerupai Cina dan Jepang telah dijalankan mulai tahun 1670, yang dijadikan selaku bahan obat-obatan, makanan komplemen, kosmetik, pakan ternak, dan pupuk organik. Pemanfaatan di Indonesia yang paling mayoritas sampai ketika ini yakni selaku materi masakan dan obat-obatan. Sebagai materi kuliner rumput laut dimakan dalam bentuk lalapan (disantap mentah), dibuat acar dengan bumbu cuka, diolah selaku sayur, dibuat urap, manisan, salad dan dibuat sop.
Pada industri makan, olahan rumput maritim dipakai untuk pembuatan roti, sup, es krim, serbat, keju, puding, selai, susu, dan lain-lain. Pada industri farmasi, olahan rumput maritim digunakan selaku obat peluntur, pembungkus kapsul obat biotik, vitamin, dan lain-lain. Pada industri kosmetik, olahan rumput bahari digunakan dalam bikinan salep, krim, lotion, lipstik, dan sabun. Disamping itu lahan rumput maritim juga digunakan oleh industri tekstil, industri kulit dan industri lainnya untuk pengerjaan plat film, semir sepatu, kertas, serta alas pengalengan ikan dan daging.
Secara biasa pemanfaatan rumput laut jenis Eucheuma sp. adalah sebagai materi obat-obatan, industri kosmetik dan pangan. Pemanfaatan untuk materi obat-obatan biasanya dipakai selaku obat penyakit bronkhitis, dan di bidang industri kosmetik selaku materi kecantikan serta Pemanfaatan untuk materi pangan mirip dodol, manisan dan minuman. Sedangkan pemanfaatan rumput maritim jenis Halymenia sp. yakni selaku bahan perhiasan semoga-biar, salad, dan pickle.
Ekologi Rumput Laut
Pertumbuhan dan penyebaran rumput maritim sungguh tergantung dari faktorfaktor oseanografi (fisika, kimia dan pergerakan atau dinamika air laut) serta jenis substrat dasarnya. Rumput maritim dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya mengambil nutrisi dari sekitarnya secara difusi lewat dinding thallusnya. Pertumbuhan rumput maritim tersebar nyaris di seluruh perairan Indonesia.
Habitat Rumput Laut
Pertumbuhan dan penyebaran rumput maritim dipengaruhi oleh aspek-aspek lingkungan seperti substrat, salinitas, temperatur, intensitas cahaya, tekanan, dan nutrisi. Secara biasa rumput bahari ditemui meningkat di tempat yang dangkal (intertidal dan sublitoral) dengan kondisi dasar perairan berpasir, sedikit lumpur, atau gabungan keduanya. Rumput maritim mempunyai sifat benthic (menempel) dan disebut juga sebagai fitobentos dengan cara melekatkan thallus pada substrat.
Habitat rumput laut E. cottoni ialah kawasan yang memperoleh pedoman air bahari yang tetap dan menerima cahaya matahari yang cukup. E. cottoni biasanya terdapat di wilayah pasang surut (intertidal) atau pada tempat yang selalu terendam air (subtidal). Melekat pada substrat di dasar perairan yang berupa karang watu mati, karang kerikil hidup, kerikil gamping atau cangkang moluska. E. cottoni lazimnya berkembang dengan baik di wilayah pantai terumbu (reef), sebab di daerah tersebut beberapa kriteria untuk pertumbuhannya banyak tercukupi, diantaranya faktor suhu perairan, substrat dan gerakan air. Pertumbuhan E. cottoni optimal pada suhu harian antara C, cukup arus dengan salinitas berkisar per mil. Oleh alasannya itu rumput maritim jenis ini akan hidup baik kalau jauh dari muara sungai. Alga ini juga berkembang mengelompok dengan aneka macam jenis rumput laut yang lain yang mempunyai keuntungan dalam hal penyebaran spora.
Rumput bahari jenis E. spinosum meningkat menempel pada rataan terumbu karang, kerikil karang, batuan, benda keras, dan cangkang. Alga ini memerlukan sinar matahari untuk melaksanakan fotosintesis sehingga hanya bisa hidup pada lapisan fotik dengan kandungan kadar garam antara per mi. Rumput bahari H. durvillaei berkembang pada wilayah berkarang, berbatu, berpasir dan di daerah rataan terumbu karang.
Wilayah Sebaran Rumput Laut
Daerah sebaran rumput laut di Indonesia sangat luas, baik yang tumbuh secara alami maupun yang dibudidayakan. Wilayah sebaran rumput laut yang meningkat alami (wild stock) terdapat nyaris di seluruh perairan dangkal Indonesia yang mempunyai rataan terumbu karang mirip Kepulauan Riau, Bangka-Belitung, Seribu, Karimunjawa, Selat Sunda, pantai Jawa bagian selatan, Bali, NusaTenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, pulau-pulau di Sulawesi dan Maluku.
Rumput maritim yang banyak dibudidayakan yakni jenis Eucheuma sp. dan Gracilaria. Lokasi budidaya Eucheuma sp. tersebar diperairan Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Lampung Selatan, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Lombok, Sumba, Sumbawa, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Maluku. Sedangkan untuk persebaran rumput laut jenis H. durvillaei yakni meliputi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Kepulauan Ambon, Seram, Irian, NTT, Lombok, Sumbawa dan Halmahera.
Daerah persebaran rumput laut di Bali meliputi daerah di 5 Kabupaten yaitu Kabupaten Buleleng, Jembrana, Klungkung, Karangasem, dan Badung. Daerah perairan tersebut diantaranya Perairan Pantai Desa Banyuasri, Perairan Pantai Desa Penarukan, Perairan Desa Banyuwedang, Perairan Pantai Desa Tukad Mungga, Perairan Desa Pengambengan, Perairan Desa Banyubiru dan Perairan Desa Air Kuning, Perairan Nusa Penida dan Lembongan, Perairan Desa Laba Sari, Perairan Desa Sukadana, dan Perairan Desa Baturinggit, Perairan Desa Kutuh, Perairan Desa Peminge dan Perairan Desa Sawangan.
Referensi :
mesti di isi/search?q=17/penjabaran-rumput-bahari/
https://www.psychologymania.com/2013/09/morfologi-dan-taksonomi-rumput-maritim
https://docplayer.info/49590843-Ii-tinjauan-pustaka-2-1-biologi-rumput-maritim-penjabaran-rumput-laut.html