Sunday 24 October 2021

Sekilas Perihal Rumput Laut Selaku Sumberdaya Hayati Yang Memiliki Potensi

Salah satu sumberdaya hayati maritim Indonesia yang cukup memiliki kesempatan yaitu rumput maritim atau yang dikenal dengan istilah ganggang laut atau alga maritim. Beberapa diantaranya sudah dikenal memiliki nilai hemat penting selaku penghasil materi untuk industri, seperti supaya-agar dan aneka macam macam pangan yang lain. Produk hasil ekstraksi ganggang banyak digunakan selaku materi masakan di rumah tangga dan juga selaku materi suplemen dalam industri kuliner, farmasi, kosmetik, tekstil, kertas, cat dan lain-lain. Selain itu juga digunakan pula selaku pupuk hijau dan komponen pakan ternak maupun ikan. 


Tanaman rumput maritim ialah jenis tumbuhan thallus, berfotosintesis serta mengandung klorofil dan mempunyai struktur reproduksi yang sungguh sederhana. Rumput bahari sungguh heterogen dan terdiri atas spesies, mulai yang uniseluler (sel tunggal) disebut mikroalga dan yang multiseluler (berupa filament dan bercabang) disebut makroalga. Hampir seluruhnya hidup di air dan terdapat pula sebagian kecil hidup di darat dan lingkungan yang berair. Dijelaskan lebih lanjut bahwa rumput maritim tidak memiliki akar, batang maupun daun sejati, tetapi cuma menyerupai batang yang disebut thallus. Rumput maritim berkembang di alam dengan melekatkan dirinya pada karang, batu dan benda keras yang lain. 

Pertumbuhan dan penyebaran rumput maritim mirip halnya biota perairan yang lain, sungguh dipengaruhi oleh toleransi fisiologis dari biota tersebut untuk mengikuti keadaan terhadap faktor-faktor lingkungan, mirip substrat, salinitas, temperatur, intensitas cahaya, arus air maritim dan nutrisi. Salah satu kelas dari rumput maritim yang memiliki potensi yakni ganggang merah (Rhodophyceae). Ganggang merah selama proses pertumbuhan eksponensial lebih banyak mensintesis protein dan materi-bahan protoplasmik, sehingga kandungan protein tertinggi mampu dicapai bila flora sudah cukup umur dan tidak mengalami perkembangan lagi. Laju kemajuan ganggang merah biasanya mengalami peningkatan pesat yakni pada dikala terbentuk karpospora dan akan menurun hingga perkembangan terhenti. 

Dijelaskan lebih lanjut bahwa laju pertumbuhan tertinggi dicapai antara satu hingga dua bulan sesudah penanaman dan mencapai puncaknya pada minggu ke-8 dan sehabis itu terjadi penurunan. Setelah adanya penurunan laju perkembangan, maka ganggang merah bisa dipanen untuk digunakan dalam aneka macam bidang industri. Salah satu industri penting yang bahan bakunya berasal dari komoditas ganggang merah ialah kertas. Temuan terbaru dari ganggang merah (Rhodophyceae) bisa dimasak menjadi bahan baku kertas bermutu tinggi dilihat dari kehalusan, kekuatan dan keamanannya. Ganggang merah ini merupakan sumber semoga dan mineral serta memiliki kandungan serat yang tinggi pada thallusnya. Jenis lain ganggang merah yang mempunyai multifungsi dan mulai dikembangkan ialah Ptilophora sp., Porphyroglossum zolingerii dan Pterocladia capilaceae.

Keberadaan ganggang merah sebagai sumber alternatif bahan baku kertas merupakan hal yang baru untuk dikembangkan. Jenis ganggang merah yang meliputi Ptilophora sp., Pterocladia capilaceae, dan Porphyroglossum zolingerii, merupakan rumput maritim komoditas baru dalam proses budidaya. Ptilophora termasuk dalam genus ganggang merah yang tersebar di Indo- Pasifik Barat utamanya di habitat-habitat subtidal. Genus ini jarang dijumpai dan 3 dari 14 jenis yang sudah diketahui hanya dapat dikumpulkan dari arus atau fatwa air maritim. Genus Ptilophora biasanya berasal dari perairan beriklim sedang (cuma 2 jenis yang dimengerti berasal dari perairan beriklim tropis) dan secara biogeografis area penyebarannya masih terbatas. 


Bahan baku alternatif dari ganggang merah Ptilophora pinnatifida lebih efisien dibanding kayu, alasannya mudah dikembangkan di Indonesia dan kurun panennya relatif singkat yakni 65 hari sesudah tanam. Sebagai perbandingan Prisdiminggo, perkembangan Eucheuma cottonii yang dibudidayakan di Teluk Ekas dari bulan Mei sampai dengan bulan Juli yakni meraih kurun panen sampai 70 hari sesudah tanam, sedangkan di Teluk Serewe perkembangan Eucheuma spinossum mencapai masa panen sekitar 75 hari setelah tanam. 

Habitat ganggang merah ini pada umumnya di air jernih dan berarus stabil. Ganggang merah banyak ditemukan di perairan Indonesia, mirip pantai selatan Jawa dan Lombok. Ganggang merah ini mempunyai serat yang lebih halus dan homogen sehingga membuat kualitas kertas yang lebih baik dibandingkan materi baku dari kayu. Bahan baku untuk kertas sudah diujicoba pembudidayaannya di Bali, dan berikutnya akan dikembangkan dikawasan Lombok Barat, Lombok Tengah dan Sumbawa Barat. 

Keberhasilan dalam pembudidayaan rumput laut juga tidak lepas dari metode yang digunakan. Secara lazim budidaya rumput maritim dijalankan dengan tata cara lepas dasar, tata cara rakit apung, dan metode tali panjang (Long Line), tetapi dari ketiga tata cara ini yang lebih banyak disenangi oleh petani rumput laut dikala ini yaitu metode tali panjang. Metode tali panjang ini pada prinsipnya nyaris sama dengan tata cara rakit apung, tetapi tidak memakai bambu selaku rakit pengapung, dan yang biasanya digunakan sebagai pelampung yakni botol plastik. Keuntungan dari metode ini merupakan fleksibel dalam pemilihan lokasi dan biaya yang dikeluarkan lebih hemat biaya. 


Untuk mengantisipasi dan memecahkan dilema kenaikan nilai buatan untuk ekspor ganggang merah, harus diamati aneka macam aspek yang mempengaruhinya, antara lain teknik budidaya, pengolahan, dan penjualan. Aspek faktor tersebut harus diamati oleh petani pembudidaya dengan wawasan dan gunjingan yang mencukupi, khususnya perihal teknik budidaya yang tepat. Sistem budidaya ini sampai sekarang masih memiliki hambatan bagi para pembudidaya alasannya aneka macam kekurangan yang dihadapi seperti kekurangan materi baku (bibit ganggang), alat dan materi untuk budidaya, serta hasil panen yang kurang maksimal. 

Demikan sekilas perihal rumput laut selaku sumberdaya hayati perairan yang potensial. Latar belakang kajian pengamatan dari dari sumber https://docplayer.info/44226275-Bab-i-pendahuluan-salah-satu-sumberdaya-hayati-laut-indonesia-yang-cukup-memiliki potensi-yaitu.html, Semoga bisa sedkit memperbesar pengetahuan!!