Friday, 15 October 2021

Inilah Berbagai Jenis Ekosistem Sumber Daya Hayati Bahari Indonesia

Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan dan keaneka-ragaman sumber daya alamnya, baik sumber daya yang mampu pulih (perikanan, hutan mangrove, dan terumbu karang dll.), maupun sumber daya yang tidak dapat pulih (minyak bumi dan gas serta mineral atau materi tambang yang lain). Indonesia diketahui sebagai negara dengan kekayaan keragaman hayati (biodiversity) laut terbesar di dunia, alasannya ialah mempunyai ekosistem pesisir yang khas seperti hutan mangrove, terumbu karang (coral reefs), dan padang lamun (sea grass beds). Sebagian besar sumber daya ini belum dimanfaatkan secara optimal.
 

Dalam uraian berikut wacana sumber daya laut dibatasi pada sumber daya mampu pulih (renewable resources) yakni sumber daya hayati laut dengan ekosistem yang menyusunnya. Sumber daya hayati laut meliputi hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun dan rumput maritim, dan perikanan laut.

Hutan Mangrove
Hutan mangrove merupakan ekosistem pendukung kehidupan yang penting di kawasan pesisir dan lautan. Secara ekologis, hutan mangrove berfungsi selaku pemasoknutrien bagi biota perairan, tempat pemijahan dan asuhan bagi banyak sekali macam biota, penahan abrasi, amukan angin taufan dan tsunami, penyerap limbah, pencegah intrusi air maritim dan lain sebagainya. Secara ekonomis, hutan mangrove membuat kayu, daun-daunan selaku materi baku obat dan lain sebagainya. 

Tidak kurang dari 70 macam kegunaan pohon mangrove bagi kepentingan manusia sudah diidentifikasikan, meliputi "produk langsung" mirip materi bakar kayu, materi bangunan, alat penangkap ikan, pupuk pertanian, materi baku kertas, masakan, obat-obatan, minuman, tekstil, dan "produk tidak eksklusif" seperti daerah rekreasi, dan materi kuliner. Kegunaan tersebut secara tradisional sudah dimanfaatkan oleh penduduk pesisir di Indonesia. Potensi lain dari hutan mangrove yang belum dikembangkan secara maksimal yakni selaku daerah wisata alam (ecoturism). Kegiatan wisata alam semacam ini sudah berkembang lama di Malaysia dan Australia. 
 
 
Hutan mangrove ini dapat menempati bantaran sungai-sungai besar hingga 100 km masuk ke pedalaman mirip dijumpai di sepanjang Sungai Mahakam dan Sungai Musi. Luas hutan mangrove di Indonesia mengalami penyusutan terus menerus, dalam satu dekade luas hutan mangrove tercatat turun dari 5.209.543 ha (1982) menjadi 2.496.185 ha pada tahun 1993. Penyebaran hutan mangrove di pesisir Indo-nesia meliputi daerah pantai landai khususnya erat muara sungai. 
 
Ekosistem hutan mangrove di Indonesia mempunyai keanekaragaman hayati tertinggi di dunia dengan jumlah total spesies 89, terdiri dari 35 spesies tanaman, 9 spesies perdu, 9 spesies liana, 29 spesies epifit, dan 2 spesies parasitik. Keanekaragaman hayati hutan mangrove yang tinggi merupakan aset yang sangat berkhasiat baik dilihat dari fungsi ekologi maupun fungsi ekonomi. 
 
Terumbu Karang
Ekosistem terumbu karang memiliki produktivitas organik yang tinggi, demikian pula keanekaragaman hayatinya. Terumbu karang berfungsi ekologis selaku pemasoknutrien bagi biota perairan, pelindung fisik pantai, tempat pemijahan, kawasan asuhan dan mencari pakan bagi berbagai biota. 
 
 
Terumbu karang juga memiliki produk yang bernilai hemat penting menyerupai aneka macam jenis ikan karang, udang karang, alga, teripang, dan aneka macam jenis keong dan kerang. Di beberapa kawasan di Indonesia, karang batu (hard coral) dipergunakan untuk banyak sekali kepentingan mirip konstruksi jalan dan bangunan, materi baku industri, dan pelengkap. Dalam industri pengerjaan kapur, karang kerikil sering ditambang sungguh intensif seperti terjadi di pantai-pantai Bali hingga mengancam kelestarian pantai. 
 
Dari segi estetika, terumbu karang yang masih utuh memperlihatkan panorama yang sungguh indah, berlawanan dengan ekosistem yang lain. Taman-taman maritim yang terdapat di pulau atau pantai yang mempunyai terumbu karang menjadi terkenal seperti Taman Laut Bunaken di Sulawesi Utara. Keindahan yang dimiliki oleh terumbu karang merupakan salah satu peluangatraksi wisata maritim yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Sementara itu kesempatanlestari sumberdaya ikan karang di perairan maritim Indo-nesia diperkirakan sebesar 76.000 /ton/ tahun. belum tergolong peluangikan hias sebesar 1,5 milyar ekor, dengan luas total terumbu karang lebih kurang 50.000 km2. 
 
Ekosistem terumbu karang di Indonesia tersebar di seluruh wilayah pesisir dan lautan di seluruh Nusantara. Terumbu karang di Indonesia bermacam-macam tipenya, dimana semua tipe terumbu karang yang meliputi terumbu karang tepi (fringing reefs), terumbu karang penghalang (barrier reefs), terumbu karang cincin (atoll) dan terumbu tambalan (patch reefs) terdapat di perairan laut Indonesia. Terumbu karang tepi terdapat di sepanjang pantai dan meraih kedalaman sekitar 40 meter. Terumbu karang penghalang berada jauh dari pantai (menjangkau puluhan atau ratusan kilometer) dipisahkan oleh laguna yang dalam sekitar 40 - 75 meter, di Indonesia diantaranya tersebar di Selat Makasar dan sepanjang tepian Paparan Sunda, sedang terumbu karang cincin tersebar di Kepulauan Seribu dan Taka Bone Rate. 
 
Padang Lamun
Lamun (seagrass) yaitu tanaman berbunga (Spermatophyta) yang telah sepenuhnya menyesuaikan diri untuk hidup di bawah permukaan air bahari. Lamun hidup di perairan dangkal agak berpasir, sering juga ditemui di ekosistem terumbu karang. Lamun membentuk padang yang luas dan lebat di dasar maritim yang masih terjangkau oleh cahaya matahari dengan tingkat energi cahaya yang mencukupi bagi pertumbuhannya. Lamun berkembang tegak, berdaun tipis yang bentuknya mirip pita dan berakar jalar. Tunas-tunas berkembang dari rhizoma, ialah bagian rumput yang berkembang menjalar di bawah permukaan dasar laut. Lamun berbuah dan membuat biji. 

Pertumbuhan padang lamun membutuhkan sirkulasi air yang cantik. Air yang mengalir inilah yang menghantarkan zat-zat nutrien dan oksigen serta mengangkut hasil metabolisme lamun, menyerupai karbon dioksida (CO2) keluar tempat padang lamun. Secara lazim semua tipe dasar maritim mampu ditumbuhi lamun, namun padang lamun yang luas hanya ditemui pada dasar maritim lumpur pasiran dan tebal. Padang lamun sering terdapat di perairan laut antara hutan rawa mangrove dan terumbu karang. 
 
 
Di wilayah perairan Indonesia terdapat sekurang-kurangnya 7 marga dan 13 jenis lamun, antara lain jenis Enhalus acaroides dari suku Hydrocharitaceae. Penyebaran ekosistem padang lamun di Indonesia mencakup perairan Jawa, Sumatera, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara dan Irian Jaya. Di dunia, secara geografis lamun ini tampaknya memang terpusat di dua kawasan ialah di Indo Pasifik Barat dan Karibia. 
 
Keberadaan padang lamun bisa menstabilkan dasar maritim. Padang lamun berfungsi sebagai perangkap sedimen dan distabilkan. Padang lamun ialah kawasan penggembalaan (grazing ground) bagi binatang- binatang laut mirip "duyung" (mamalia), penyu laut, bulu babi dan beberapa macam ikan. Padang lamun juga ialah kawasan asuhan (nursery ground) bagi larva-larva banyak sekali jenis ikan. Tumbuhan lamun bisa digunakan sebagai materi kuliner dan pupuk. Misalnya samo-samo (Enhalus acaroides) oleh masyarakatKepulauan Seribu dimanfaatkan bijinya selaku materi masakan. 
 
Rumput laut (benthic algae)
Potensi rumput laut (alga) di perairan Indonesia dapat diperhatikan dari kesempatanlahan budidaya rumput maritim yang tersebar di 26 propinsi di Indonesia. Potensi rumput laut di Indonesia meliputi areal seluas 26.700 ha dengan kesempatanbuatan sebesar 462.400 ton/ tahun. Budidaya rumput bahari sudah sejak lama dilaksanakan oleh penduduk di kawasan pantai seperti Bali, PP. Seribu, Riau, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara dan Maluku. Perkembangan budidaya tersebut mengalami pasang surut jawaban dilema penjualan yang turun naik tidak menentu. Namun sekarang pemasarannya tidak dilema justru alasannya adalah krisis ekonomi menjinjing angin segar bagi produk pertanian untuk ekspor dengan naiknya nilai dolar. 
 
 
Secara tradisional rumput bahari dimanfaatkan oleh penduduk pesisir khususnya selaku materi pangan, mirip untuk lalapan, sayur, acar, manisan, kudapan manis, selain juga dimanfaatkan selaku obat. Pemanfaatan untuk industri dan selaku komoditas ekspor berkembang pesat pada beberapa dasawarsa terakhir ini. Pemanfaatan rumput laut untuk industri utamanya oleh kandungan senyawa kimia didalamnya, terutama karagenan, supaya, dan algin. Karagenan merupakan materi kimia yang mampu diperoleh dari aneka macam jenis alga merah mirip Gelidium, Gracilaria dan Hypnea, se-dan" algin yakni materi yang terkandung dalam alga coklat ibarat Sargassum. 
 
Algin banyak dipakai dalam industri kosmetika selaku materi pembuat sabun, cream, lotion, shampo, dalam industri farmasi dipakai untuk membuat emulsifier, stabi-lizer, tablet, salep, kapsul, dan filter. Algin juga dipakai dalam industri tekstil, keramik, fotografi, dan selaku materi aditif. Agar-biar merupakan materi baku pokok pengolahan tepung supaya-supaya, baik untuk industri skala besar maupun dalam industri rumah tangga. Agar-mudah-mudahan digunakan dalam industri makanan selaku thick-ener dan stabilizer, pada industri farmasi dan bidang mikrobiologi untuk kultur kuman. Bidang industri keelokan memanfaatkan semoga- semoga untuk pembuatan bahan dasar salep, cream, sabun, lotion dan lain sebagainya. Karagenan dengan mutu yang jauh lebih elok dari biar- supaya, juga banyak digunakan dalam banyak sekali industri ibarat juga algin dan supaya-mudah-mudahan. 
 
Dengan melihat besarnya peluangpemanfaatan alga, terutama untuk ekspor, maka saat ini perjuangan budidayanya mulai semarak dilakukan penduduk pesisir. Usaha budidaya rumput maritim ini meningkat di Kepulauan Seribu (Jakarta), Bali, Pulau Samaringa (Sulawesi Tengah), Pulau Telang (Riau), dan Teluk Lampung. Jenis rumput bahari yang dibudidayakan yaitu Kappaphychus alvarezii, yang sebelumnya dikenal selaku Echeuma alvarezii.
 
Sumberdaya Perikanan Laut
Sumberdaya perikanan maritim di Indone-sia disusun dalam kalangan-kelompok: Pelagis Besar, Pelagis Kecil, Demersal, Udang/ Krustasea lainnya, Ikan Karang, Ikan Hias, Rumput Laut, Moluska Teripang/ Ubur-ubur, Benih Alami, Reptilia dan Mamalia bahari. Sementara itu selaku dasar perhitungan potensi sumberdaya ikan di Indo-nesia, telah disepakati bahwa perairan laut Indonesia dibagi dalam sembilan kawasan pengelolaan perikanan mencakup Selat Malaka, Laut Cina Selatan, Laut Jawa, Samudera Hindia, Selat Makasar dan Laut Flores, Laut Sulawesi dan Samudera Pasifik, Teluk Tomini dan Laut Maluku, Laut Arafura. Secara nasional potensi lestari sumberdaya perikanan bahari yang meliputi sumberdaya perikanan pelagis besar, pelagis kecil, demersal, udang, ikan karang, dan cumi-cumi merupakan sebesar 6,2 juta ton/ tahun. 
 
 
Dalam laporan tersebut tersirat bahwa pada tahun 1997, total produksi perikanan bahari sejumlah 3,8 juta ton diantaranya kalangan ikan 84%, krustasea 6%, moluska 3%, rumput laut 3%, dan binatang air yang lain 4%. Tingkat pengusahaan (pemanfaatan sumberdaya ikan) tersebut daripada potensi sumberdaya ikan yang besarnya 6,2 juta ton, yakni 62% nya. Dengan demikian potensi pengembangan sektor perikanan masih terbuka.
 
Selain potensi perikanan tangkap di laut, potensi perikanan yang lain yang belum dimanfaatkan secara optimal yakni budidaya perikanan baik budidaya pantai maupun budidaya bahari. Potensi budidaya pantai (tambak) sekitar 830.200 ha yang tersebar diseluruh daerah perairan Indonesia dan yang gres dimanfaatkan untuk budidaya ikan bandeng, kakap, udang windu dan jenis-jenis yang lain cuma sekitar 356.308 ha. Dengan demikian potensi pengembangan usaha budidaya masih terbuka luas. 

Usaha budidaya memiliki prospek yang manis dimasa yang hendak datang dalam meningkatkan taraf hidup para nelayan disekitar pesisir laut. Beberapa komoditas perikanan dikala ini sudah mulai dikembangkan untuk di budidayakan dan mempunyai cita-cita baik yakni aneka macam jenis ikan kerapu, kakap putih, kakap merah, bandeng, lola, watu laga, kerang mutiara, dan teripang. 
 
Demikian uraian pembahasan mengenai berbagai macam ekosistem sumber daya hayati maritim Indonesia. Dimuat dari karya ilmiah oleh Prapto Darsono dengan judul "Pemanfaatan Sumber Daya Laut dan Implikasinya Bagi Masyarakat" yang di terbitkan pada "http://oseanografi.lipi.go.id/dokumen/oseana_xxiv(4)1-9.pdf". Gambar dimuat menurut penelusuran google gambar dengan kata pencarian "sumber daya maritim Indonesia, hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun dan rumput maritim, dan perikanan laut". Semoga menjadi bacaan yang berfaedah!! Terimakasih.



Tag post : makhluk hidup yang tidak mampu hidup pada ekosistem laut ialah, ekosistem laut, rantai masakan ekosistem laut, gambar ekosistem maritim, rantai masakan pada ekosistem laut, acuan ekosistem maritim, ekosistem laut adalah, ekosistem maritim dalam, makhluk hidup yang tidak dapat hidup pada ekosistem bahari ialah, pada ekosistem maritim yang dimaksud dengan komunitas nekton yaitu organisme yang, jelaskan peranan terumbu karang bagi kehidupan ekosistem maritim, ciri ciri ekosistem bahari, pada ekosistem bahari yang dimaksud dengan komunitas nekton merupakan, pola gambar ekosistem maritim, jaring jaring masakan ekosistem maritim, unsur ekosistem laut, pada ekosistem maritim yang berperan sebagai produsen yaitu, rusaknya terumbu karang mampu menghipnotis keseimbangan ekosistem maritim secara, keseluruhan alasannya adalah, pemahaman ekosistem maritim, kerusakan ekosistem maritim, rantai kuliner yang terdapat dalam ekosistem maritim yakni