Monday, 25 October 2021

Sekilas Ihwal Kegiatan Budidaya Pertambakan (Air Payau) Secara Biasa

Budidaya tambak hingga kini terhitung selaku suatu perjuangan yang bisa memberikan keuntungan yang hebat. Kecenderungan kearah ini memang berdalih lantaran terbukti pada lahan-lahan yang gres dibuka ternyata bisa menciptakan bikinan, baik pada tingkat penguasaan teknologi petani yang masih rendah hingga sedang, mirip halnya dikabupaten luwu utara, produksi yang dicapai pada tahun 1998 sebesar 1.641 ton, sekalipun bikinan tersebut masih rendah bila dibandingkan dengan kesempatantambak sebesar 11.090 ha. Kondisi yang tampakdiawal periode usaha tersebut pada umumnya dibarengi dengan ekspansi lahan atau peningkatan jumlah input yang senantiasa rampung dengan penurunan produktivitas yang berulang-ulang dengan pemecahan persoalan jangka pendek.


Pada permulaan tahun 90an maut udang dipetak pembesaran terjadi tanpa penyebab yang terang dan nanti pada pertengahan tahun 90an penyebab utama akhir hayat disepakati selaku jawaban nanah virus. Secara alami dikenali bahwa laju bengkak penyakit virus ini disebabkan oleh diabaikannya aspek-faktor utama sanitasi lingkungan dan sebagai balasan kemunduran mutu lingkungan internal dan eksternal.

Tata letak tambak, jenis tanah setempat, kesalahan rancangan, dan teknologi pengelolaannya yakni faktor-aspek yang berperan terhadap penurunannya produktivitas tambak mirip ukuran udang yang condong sukar meningkat serta tanggapantambak yang negative terhadap perkembangan fitoplankton. Dilain pihak terdapat kesalah pahaman dalam menatap organisme lain selain udang windu seperti ikan dan flora setempat yang selalu disarankan untuk dieliminasi. Pada kenyatannya masing-masing belahan biota tersebut risikonya digunakan kembali setelah terbukti berperan dalam memutus rantai penyakit, pemasokan prabiotika serta zat-zat bioaktif serta mineralisasi efek toksik dari aneka macam polutan buatan insan.

Dalam waktu akrab nyaris semua komoditas jual beli dunia dan setempat seperti udang akan dikenakan patokan ramah lingkungan. Persyaratan ini ternyata tetap mesti dilaksanakan walaupun tanpa permintaan dunia internasional karena telah terbukti memiliki dampak positif pada hasil budidaya udang/ikan diberbagai tempat di Indonesia.

Persyaratan Lokasi
Berdasarkan kebiasaan hidup, tingkah laris dan sifat udang atau ikan itu sendiri maka dalam memilih lokasi tambak baik dalam rangka membuat tambak gres maupun dalam perbaikan tambak yang sudah ada semestinya menyanggupi patokan selaku berikut :
  • Memiliki sumber air yang cukup, baik air bahari maupun air tawar dan tersedia sepanjang tahun atau setidaknya 10 bulan dalam setahun tetapi bukan kawasan banjir
  • Memiliki susukan terusan air yang tanpa kendala baik untuk pengisian waktu pasang maupun mencampakkan air waktu surut dan sumber air serta lingkungan bebas dari pencemaran.
  • Kadar garam air berkisar 10-25 ppm dan derajat keasaman (pH) berkisar 7-8.5
  • Tanah dasar tambak terdiri dari lumpur berpasir dengan ketentuan kandungan pasirnya tidak lebih dari 20%.

Desain Tambak
Desain suatu petakan tambak merupakan salah satu kunci utama kesuksesan budidaya. Hasil observasi mengambarkan bahwa kandungan aneka macam polutan (mangrove). Kecenderungan nyata mirip ini akan terus dikembangkan sampai diperoleh suatu tolok ukur desain dan teknologi budidaya yang gres dan lebih ramah lingkungan.

Pada model ini dalam satu unit tambak terdapat lima petakan merupakan : petak bio filter, petak steril air, petak pengendali hama penyakit dan petak pembesaran, dengan perbandingan luas masing- masing petakan yakni 5:5:5:10:75. jadi kalau luas tambak satu hektar, maka luas petakan masing- masing 5are, 5are. 5 are, 10 are dan 75 are. Ukuran ini tergantung dari kondisi kondisi setempat. Pembuatan petakan-petakan ini dimaksudkan, selain unutk memudahkan pengelolaan juga dikehendaki mudah-mudahan mutu air dan lingkungan tetap tersadar, sehingga buatan tambak meningkat dan berkualitas. Hal hal yang perlu diperhatikan dalam setiap petakan merupakan :

Petak biofilter
  • Organisme : kerang bakau, tiram dan vegetasi bakau
  • Kerang bakau ukuran cangkang 4-5 cm dan kepadatan 6-8 ekor/m²
  • Tiram ukuran cangkang 5-7 cm dengan kepadatan 0.75 kg/m² (28 ekor/ m²), diposisikan dalam rak bambu pada kedalaman 10 cm.
Petak steril air
  • Penggunaan kaporit dengan dosis 2-5 ppm (5 ppm unutk air keruh dan 3 ppm unutk air jernih) dengan proses netralisasi ± 3 jam.
  • Penggunaan kaporit, pada kedalaman air satu meter 30-50 kg/ha, dan jikalau kedalaman air 60 cm sebesar 18-25 kg/ha.
Petak pengendali hama penyakit
  • Menggunakan ikan- ikan, contohnya ikan bandeng, ikan kakap putih, dll
  • Luas petak ini ialah 5-10% dari luas petakan semuanya.

Teknik Pemeliharaan
Tahap aktivitas persiapan tambak beragam sesuai dengan tingkat teknologi budidaya yang diterapkan maupun kondisi lahan yang dipakai. Secara biasa tahapan-tahapan program budidaya tambak yakni :

Persiapan Tambak

Pengeringan Dasar Tambak
Semua tingkat teknologi budidaya tambak menginginkan pengeringan tanah dasar yang cocok, yang mampu dilakukan pada kurun trend kemarau. Pengeringan ini dimaksudkan untuk mengurangi senyawa-senyawa asam sulfide dan senyawa beracun yang terjadi selama tambak terendam air, memungkinkan terjadinya pertukaran udara dalam tambak sehingga proses mineralisasi materi organic yang dibutuhkan untuk perkembangan kelekap dapat berjalan, serta unutk membasmi hama penyakit dan benih- benih ikan liar yang bersifat predator ataupun kompetitor.

Agar lebih mempermudah pelaksanaan pengeringan tambak mampu dijalankan pada ketika air maritim surut. Pengeringan tambak berjalan selama 1-2 minggu, hingga kondisi tanah retak- retak, tetapi tidak terlampau kering atau berdebu. Tambak yang terlalu kering kurang baik untuk perkembangan klekap. Kaprikornus yang dimaksud dengan tidak terlampau kering ialah jikalau tanah dasar tambak diinjak, kaki masih melesak sedalam 10-20 cm. sebaliknya kalau pengeringan tambak kurrang tepat, kelekap yang meningkat didasar tambak kurang kokoh menempel dan mudah lepas dari substratnya. Hal ini akan mengakibatkan kelekap mengapung kepermukaan air tambak dan membusuk, kondisi ini mencemari tambak. Untuk mengetahui tingkat pengeringan tersebut yaitu dengan cara mengukur ketinggian lekukan yang terjadi dalam tanah dasar yang retak- retak tersebut, apabila lapisan telah meraih 1-2 cm, maka pengeringan sudah dianggap cukup.

Pengolahan Tanah Dasar Tambak
Pengolahan tanah dasar dilaksanakan menggunakan hand tractor atau dicangkul, dengan kedalaman tidak lebih dari 30 cm. hal ini dilakukan sehubungan dengan efek komponen hara terhadap pertumbuhan plankton pada kedalaman tertentu, dan kesanggupan unsur toksis kokoh terhadap kehidupan udang didasar tambak. Pengolahan tanah dasar dilakukn cuma pada tambak masam dan tambak yang sudah lama beroperasi, dan dijalankan pada isu terkini tertentu, dimana cuilan-unsur toksis dalam bongkahan tanah dapat teroksidasi dengan tepat (animo kemarau). Setelah tanah dasar tambak ditraktor, kemudian dibalik dan Lumpur yang ada didalam caren mesti diangkat sambil memperbaiki pematang. Selanjutnya direndam air (10–20) selama ± 7 hari, lalu dikeringkan kembali.

Pengapuran
Pengapuran ialah upaya peningkatan produktivitas tambak, khususnya tambak masam yang bermaksud :
  • Memperbaiki struktur tanah yaitu membuatkan daya sanggah (buffer) tanah dan air sehingga tidak terjadi pergeseran kemasaman (pH) yang ekstrim.
  • Menetralisasi unsur toksis yang disebabkan oleh aluminium dan zat besi dengan ketersediaan kalsium dalam jumlah yang cukup, sehingga ketersediaan kepingan hara mirip posfat akan bertambah.
  • Menstimulir kegiatan organisme tanah sehingga dapat menghambat organisme yang membahayakan kehidupan udang (desinfectan)
  • Dapat merangsang aktivitas jasad renik dalam tanah sehingga dapat menyebarkan penguraian materi organic dan nitrogen dalam tanah.

Pada tanah masam dengan pH<5, pengapuran dilakukan sesudah diadakan reklamasi sehingga pH tanah tidak terjadi perubahan yang drastis. Sedangkan pada tanah dasar tambak yang pH>7 tidak dilakukan pengapuran atau pengapuran dalam jumlah yang sedikit sebgai desinfectan saja. Pengapuran dilakukan pada ketika tanah dasar tambak dalam kondisi lembab dan juga dilakukan pada di saat pembuatan atau pembalikan tanah dasar tambak. Setelah tanah dasar tambak dikapur dengan kaptan selanjutnya dibiarkan kering dan terjemur.

Pemberantasan Hama
Pemberantasan hama (khususnya trisipan, kepiting dan udang/ikan liar) yang paling efektif merupakan lewat pengeringan tambak secara tepat. Sedangkan pengapuran dengan memakai kapur hidrat dan kapur oksida pada suhu tinggi juga dapat berfungsi untuk memberantas hama udang liar. Pemberantasan hama ikan mampu dikerjakan dengan memakai saponin, dimana keampuhannya sangat dipengaruhi oleh kondisi suhu dan salinitas air tambak. Pada salinitas rendah yakni salinitas <20 ppm sebaiknya diaplikasi pada dosis 20-30kg/ha dan dilakukan pada siang hari, dan apabila salinitas >30 ppm, saponin diaplikasikan dengan dosis 10-15 kg/ha.

Pemupukan
Pemupukan dilakukan sesudah pemberantasan hama, dan pada kondisi sekarang ini pemupukan dijalankan pada semua tingkat teknologi. Jenis dan dosis pupuk diputuskan oleh tingkat kesuburan dari masing-masing tanah dasar tambak. Kesuburan sebuah perairan tergantung pada produktivitas flora berklorofil, dan ini ialah interaksi dari banyak sekali faktor diantaranya tersedianya zat hara dalam perairan. Kesuburan perairan juga ditandai dengan kelimpahan dan jenis nabati air baik berbentukfitoplankton maupun yang berupa fitobentos, dimana kedua kelompok ini merupakan primer utama dalam budidaya udang dan ikan ditambak.

Pemupukan tambak dimaksudkan untuk merangsang perkembangan masakan alami yang diharapkan oleh udang dan ikan selama pemeliharaan. Didalam pemupukan tambak sebaiknya dalam satu kali kala panen dilaksanakan dua kali pemupukan yakni :

Pemupukan Dasar
Pada pemupukan dasar yang ditumbuhkan terutama yakni klekap (lumut dasar). Jenis dan dosis pupuk yang dibutuhkan dalam setiap hektar ialah : pupuk sangkar diaduk dengan dedak halus dengan dosis 1-2 ton/ha, kemudian disebar merata ke dasar tambak. Selanjutnya adonan pupuk urea 100-150 kg/ha dan SP36 sebanyak 50-75 kg/ha, juga disebar merata keseluruh permukaan tambak. Masukkan air kedalam tambak sampai meraih ketinggian 10-20 cm dengan menggunakan saringan dan biarkan menguap selama 2 ahad. Bila kondisi air dipermukaan sudah menjadi jernih sedang dasar tambak sudah terlihat hijau ditumbuhi klekap, maka air didalam tambak ditambah secara bertahap hingga mencapai kedalaman 60-100 cm. Jika kondisi air telah cukup stabil, maka petakan siap untuk ditebari.

Pemupukan Susulan
Jika diperkirakan masakan alami ditambak hamper habis (kala pemeliharaan + 1 bulan), maka perlu dikerjakan pemupukan susulan dengan memakai pupuk urea dan SP36 dengan porsi urea 10-15 kg/ha dan SP36 5-10 kg/ha.

Pada pemupukan susulan ini yang ditumbuhkan yakni plankton, dan dijalankan setiap 10-14 hari sekali. Pupuk susulan ditebarkan pada pelataran tambak. Pemupukan tidak diusulkan pada tambak-tambak yang memiliki tanah dasar bersifat masam )pH < 6). Dapat juga dijalankan pemupukan bila sudah dikerjakan proses pengapuran (penebaran kapur tohor) atau menggantungkan watu kapur dimuka pintu-pintu air.

Persiapan Air Untuk Penebaran
Air dimasukkan kedalam petakan tendon yang sudah diendapkan selama + 4 hari. Persiapan tendon dijalankan sama dengan persiapan petak pembesaran, cuma tidak dijalankan pemupukan. Apabila tambak tidak menggunakan petakan tendon, maka tambak semestinya diberi kaporit 5 ppm sebelum ditebari udang dan dilarang ganti air sampai 1,5 bulan. Air yang telh ditampung dikapuri secara berkala dn dialirkn ke petak pembesaran dengan pergantian air dipetak pembesaran sebnyak 20-30 % pertiga hari.

Pemeliharaan
Keberhasilan usaha budidaya tambak tidak cuma diputuskan oleh konstruksi tambak, desain dan tata letak tambak, pembuatan tanah dan pengadan benih saja, tetapi juga ditentukan oleh proses pemeliharaan semenjak penebaran hingga pemungutan hasil (panen). Kegiatan–program yang diperlu dijalankan selama kala pemelihran berjalan yakni :

Pemberian Makanan Tambahan
Meskipun masakan alami yang berupa plankton klekap dan lumut tersedia cukup namun dalam usaha budidaya ini masih membutuhkan makanan suplemen berupa pellet atau dedak halus utamanya pada petak pembesaran. Pemberian masakan tambahan ini diberikan setelah satu bulan sehabis penebaran sampai menjelang panen. Makanan pelengkap yang diberikan mengandung protein 30 % dengan porsi pemberian, yakni pada teknologi intensif (15-20 ekor/m2) dan semi intensif (6-14 ekor/m2) diberikan pakan dengan takaran 3-5 %/BB/hari. Budidaya udang tradisional dengan kepadatan 1-2 ekor/m2 memerlukan pertumbuhan pakan alami yang baik, tanpa derma pakan komersil, tetapi pada budidaya udang tradisional plus (3-5 ekor/m2) disamping pakan alami juga memerlukn pakan komersil pada pemelihraan 2 bulan terakhir. 


Pemberian makanan perhiasan ini menggunakan anco. caranya meletakkan masakan sesuai porsi dalam beberapa anco, lalu tempatkan anco tersebut pada beberpa daerah secara merata sehingga kuliner mampu dimanfatkan oleh udang dan banding. Pemberian dengan cara ini senantiasa menghemat masakan perhiasan juga selaku wadah pengamatan.

Pengelolaan Air Tambak
Pemberian kuliner extra dalam jumlah yang lumayan banyak, kemungkinan akan meninggalkan sisa-sisa yang jika membusuk akan kuat terhadap mutu air. Oleh alasannya ialah itu pergantian air dengan frekuensi yang lebih banyak mutlak dibutuhkan. Pergantian air ditambak dilakukan secara rutin, yaitu setiap 2 minggu sekali sebanyak 25 %. Setelah pergantian air maka pribadi diberi kapurkaptan sebanyak 50-100 kg/ha, dan pupuk bila perlu ialah maksimum urea 35 kg/ha dan SP36 10 kg/ha, dengan kecerahan air tetap tersadar ialah 25-40 cm.

Apabila kondisi air tambak banyak kotoran/buih atau air jernih tidak ada plankton, maka air tambak wajib diganti. Dan apabila udang lumutan/air tambak menyala, maka secepatnya diganti air tambak atau taburi kaporit 1,2 ppm (12 kg/ha/1m atau 7,2 kg/ha/60 cm kedalaman air tambak. Serta pada sat hujan lebat, semestinya pematang tambak ditaburi kapur 100 kg/ha, pada malam hari diberi kincir/mesin bahtera (2 buah/ha) agar air tidak berlapis dan udang tidak mengambang.

Panen dan Pasca Panen

Panen
Panen udang atau ikan mampu dilakukan setelah kurun pemeliharaan 3-4 bulan. Pada umur demikian ukuran udng berkisar antara 30-40 gram/ekor dan banding berkisar 500 gram/ekor. Pemanenan ikn atau udang dapat dilaksanakan dengan dua cara yakni : panen sebagian (pilih-pilih) dan panen total. Dalam pelaksanaan panen baik dilakukan panen total ataupun selektif, semestinya ikan dipanen apalagi dahulu kemudian udang.


Panen Selektif
Pada panen ini cuma udang atau ikan yang sudah menyanggupi syarat ukuran konsumsi (pemasaran) yang ditangkap caranya :
  • Menggunakan alat tangkap berbentukjaring atau jala lempar dengan ukuran mata jaring yang lebih besar sehingga memungkinkan udang atau ikan yang masih kecil lolos.
  • Masukkan air yang gres, sehingga udang atau ikan berkumpul dipintu air, kemudian gunakan serok/seser untuk menangkapnya. Bila ada udang atau ikan yang tertangkap bisa dilepaskan kembali.

Panen Total
Panen ini semua udang atau ikan yang dipelihara ditangkap sehingga pengelolaan tambak untuk penebaran selanjutnya dapat dilakukan lagi caranya :
  • Keluarkan air secara perlahan-lahan pada malam hari, sehingga dinihari air ditambak tinggl yang berada dalam caren (susukan).
  • Udang atau ikan digiring menyusuri caren menuju pintu air, kemudian dikurung dengan kere bamboo agar ruang geraknya sempit.
  • Setelah udang atau ikan terkumpul, kerjakan penangkapan dengan jala, seser atau menggunkan tangan.

Pasca Panen
Setelah pemanenan simpulan, maka hasil panen mesti ditangani secepatnya agar mutu dan kesegaran udang atau ikan tetap baik hingga ke pasar atau konsumen. Penanganan ikan relative lebih sederhana dibanding dengan penanganan udang, karena banding tidak sepeka udng yang mudah cacat. Cara penanganan banding sebelum hingga kekonsumen yakni :
  • Setelah ditangkap ikan atau udang disortir sesuai ukuran kemudian dicuci berulang kali dengan air higienis atau air es.
  • Masukkan kedalam keranjang yang sudah dilapisi daun pisang dan potongan es watu dengan perbandingan 1 kg es untuk 2 kg ikan.

Penanganan udang hasil panen harus dilaksanakan dengan segera sebab kualitas udang cepat menurun sehabis dipanen. Keterlambatan dalam penanganan udang memunculkan udang tidak dapat diterima dipasaran sebagai komoditas ekspor.




Tag post : tambak, tambak udang, rsia tambak, pantai tambak rejo, tambak beras jombang, pantai tambak rejo blitar, nasi campur tambak bayan, tambak boyo, dampak nyata dari lingkungan yang menjadi area tambak ikan yaitu, tambak udang merupakan contoh program ekonomi di bidang, tambak ikan, tambak merupakan, udang tambak, ikan tambak, usaha tambak bandeng dan udang banyak dijalankan oleh masyarakatdi wilayah, tambak bayan, jenis ikan yang dibudidayakan di tambak merupakan, jenis ikan yg dibudidayakan di tambak yaitu, tambak garam, rs tambak