Tuesday, 19 October 2021

Sekilas Tata Cara Budidaya Cacing Sutera (Tubifex Sp) Alternatif Pakan Alami Burayak Ikan

Cacing sutra (Tubifex sp) merupakan salah satu pakan alami yang paling banyak dipakai bagi kegiatan budidaya ikan khususnya pembenihan. Cacing sutra dikenal oleh masyarakat Indonesia dengan nama Cacing rambut atau Cacing darah alasannya ialah ukurannya yang sungguh kecil seukuran rambut dan warnanya kemerahan dengan panjang sekitar 1-3 cm. Cacing sutra ini bisa diperoleh dari hasil tangkapan di alam (perairan biasa ) atau mengkultur sendiri (budidaya). Cacing sutra ialah salah satu alternatif pakan alami yang mampu diseleksi untuk ikan fase larva hingga benih ataupun untuk ikan hias. 


Cacing sutra (Tubifex sp) tidak mempunyai insang dan bentuk badan kecil dan tipis. Cacing sutra menciptakan tabung pada lumpur di dasar perairan, di mana bagian final posterior tubuhnya menonjol keluar dari tabung bergerak bolak-balik sambil melambai-lambai secara aktif di dalam air, sehingga terjadi sirkulasi air dan Cacing sutra akan memperoleh oksigen lewat permukaan tubuhnya. Getaran pada penggalan posterior badan dari Cacing sutra mampu membantu fungsi pernafasan. Cacing sutra tergolong binatang hermaprodit yang meningkat biak lewat telur dengan pembuahan secara eksternal. telur yang dibuahi oleh jantan akan membelah jadi dua sebelum dikala menetas. 

BACA LEBIH LENGKAP "MENGENAL CACING SUTERA (Tubifex Sp) 

SYARAT HIDUP CACING SUTRA 
Cacing sutra dikenali juga selaku Cacing rambut ini dapat hidup pada subtrat lumpur dengan kedalaman antara 0 – 4 cm. Pada prinsipnya hidupnya sama dengan hewan air yang lain yakni ketergantungan dengan air. Air mempunyai peranan dan fungsi yang sangat penting untuk hidup dan dalam meningkat kembangnya. Kualitas air yang tepat untuk budidaya Cacing sutra ialah: 
  • pH antara 5. 5 – 8. 0 
  • Suhu antara: 25 – 28o c 
  • DO (oksigen terlarut ) : 2, 5 – 7, 0 ppm 
  • Jumlah debit air seperlunya dan tidak terlalu besar mengenang Cacing ini sangat kecil.

PEMILIHAN LOKASI 
  • Lokasi yang tepat untuk budidaya Cacing sutra mesti mendapatkan cahaya matahari yang cukup 
  • Kondisi air untuk budidaya mesti mengandung lumpur dan kaya akan bahan organic

PERSIAPAN BIBIT 
  • Bibit Cacing sutra yang mau tebar, terlebih dahulu dikarantina selama 2-3 hari dengan cara dialiri air higienis dengan debit yang kecil sehingga bibit Cacing memiliki kandungan oksigen yang cukup dan kesehatan Cacing sutra akan terpelihara, jauh dari kuman patogen yang sungguh membahayakan bagi ikan yang memakannya 
  • Ciri morfologi Cacing sutra cecara mikroskopik yakni tubuhnya berwarna merah kecoklatan alasannya banyak mengandung haemoglobin. Pada setiap segmen di potongan punggung dan perut akan keluar seta dan ujungnya bercabang dua tanpa rambut. Bentuk badan agak panjang dan silindris, memiliki dinding yang tebal berisikan dua lapis otot yang membujur dan melingkar sepanjang tubuhnya 

WADAH DAN MEDIA KULTUR TUBIFEX 
A. Kolam tanah 
Media kultur Cacing Tubifex dengan wadah bak tanah yakni berbentuklumpur selokan setebal 5 cm yang diaduk rata dengan kotoran hewan (ayam, Kambing, burung dll) sebanyak 100 - 250 g/m2 atau dedak sebanyak 200-250 g/m2. Rendam media tersebut selama 3-4 hari. Kotoran binatang yang hendak dipakai selaku media harus dibersihkan dari materi-materi lain dan dijemur di bawah terik matahari selama 1 hari atau dalam kondisi kering. Setelah di rendam selama 3-4 hari, aliri media dengan air secara kontiniu dengan debit yang kecil.



B. Bak semen 
Wadah kultur dengan kolam semen bisa dilakukan dengan terlebih dahulu mengisi dasar bak dengan lumpur halus yang berasal dari terusan atau kolam yang dianggap banyak mengandung materi organik sampai ketebalan meraih 10 cm. berikutnya masukkan kotoran hewan kering sebanyak tiga karung atau sesuaikan dengan luas wadah, kemudian sebar secara merata dan berikutnya diaduk dengan lumpur. Setelah dianggap rata kemudian genangi kolam semen tersebut dengan air dengan kedalaman maksimum 5 cm atau sesuaikan dengan panjang pipa pembuangan. Pasang atap peneduh untuk menangkal tumbuhnya lumut di kolam semen yang sudah tergenang air tersebut dibiarkan selama satu minggu biar kandungan gas hilang. 



C. Media Tray / Nampan Plastik 
Media dengan mengunakan nampan plastik dilakukan dengan sistim rak. Saluran masuknya air cukup ditaruh pada nampan paling atas. Kemudian beri lubang pada samping nampan tepat ditengah. Sehingga nampan paling atas jikalau sudah terisi setengah keunggulan air akan mengalir pada nampan dibawahnya. Dan untuk bagian paling bawah. Sebelum diisi air, beri nampan adonan lumpur sawah dan pasir. Untuk menambah nutrisi, beri lumpur yang telah diaduk dengan kotoran binatang dan ampas tahu yang sudah difermentasi dengan EM4. Diamkan dulu 5 hari. Kemudian air dimasukkan setinggi 5 cm,



D. Rak Terpal Bersusun
Media budidaya yang dipakai pada tata cara rak terpal bersusun yaitu dengan melakukan proses fermentasi adonan tanah, pasir, dan kotoran hewan dengan materi EM-4. Setelah media terfermentasi dengan baik, kemudian dilaksanakan pemindahan media kedalam wadah rak terpal bersusun. Selanjutnya wadah tersebut digenangi air setebal 5 cm dari permukaan media. Kemudian dibiarkan hingga media tidak berbau. 



PEMUPUKAN 
Pemupukan perlu dikerjakan selaku Asupan masakan untuk perkembangan Cacing sutra. Pemupukan dilakukan dengan dedak halus atau ampas tahu sebanyak 200 – 250 gr/M2 atau dengan pupuk kandang sebanyak 300 gr/m2 selaku sumber masakan Cacing sutra. Cacing sutra sangat menggemari materi organik selaku materi makanannya. Pemupukan ulang dengan menambahkan kotoran ayam sebanyak 9 % dari volume awal dapat dilakukan setiap ahad. 

PENANAMAN BIBIT 
Setelah media dalam setiap wadah kultur Cacing sutra direndam selama 5-7 hari atau hingga media kultur tidak berbau. Dilakukan penebaran Bibit yang sudah dibersihkan. Bibit Cacing ditebar 1 liter/m2 kedalam lubang-lubang kecil dalam media kultur dengan jarak antara lubang sekitar 10-15 cm. Cacing sutra ini ditebarkan secara merata. Selama proses budidaya wadahpemeliharaan dialiri air dengan debit 2-5 Liter/detik (arus lamban).

PEMELIHARAAN 
  • Selama pemeliharaan, air dialirkan kedalam media secara terus menerus dengan debit air yang cukup untuk menjamin ketersediaan oksigen dalam media 
  • Makanannya yakni materi organik yang bercampur dengan lumpur atau sedimen di dasar perairan 
  • Selama pemeliharaan Cacing diberi pakan sebanyak 100% dari bobot biomassa dengan frekuensi 3 hari sekali 
  • Bahan pakan yang diberikan berbentukampas tahu atau adonan (ampas tahu + molase+ probiotik) 

PEMANENAN 
  • Panen bisa dilaksanakan setiap dua minggu sekali selama beberapa minggu secara berturut-turut selama budidaya berjalan. 
  • Pemanenan Cacing sutra dilaksanakan dengan menggunakan serok dengan materi yang halus/lembut 
  • Cacing sutra yang baru panen masih bercampur dengan media budidaya, dimasukkan kedalam bejana atau bak yang diisi air kira –kira 1 cm diatas media budidaya. Kemudian ember ditutup hingga bab dalam menjadi gelap dan dibiarkan selama enam jam hingga Cacing sutra naik ke permukaan media budidaya. 
  • Cacing rambut yang sudah menggerombol diatas media kemudian diambil dengan tangan, kemudian dipindahkan ke wadah bersih yang telah dipasang aerasi 

Demkian ulasan singkat ihwal sekilas sistem budidaya cacing sutera (Tubifex sp) alternatif pakan alami burayak ikan. Dimuat dari harus di isi/search?q=mengenal-cacing-sutra-tubifex-sp. Kata kunci penelusuran gambar google "cacing tubifex, mengenal cacing tubifek, budidaya cacing tubifex". Semoga bermanfaat! Terimakasih.