Friday 22 October 2021

Teladan Atau Cara Yang Bagus Pendistribusian Produk Ikan Hasil Budidaya Dan Penangkapan

Distribusi hasil budidaya ikan ialah rangkaian program penyaluran hasil perikanan dari sebuah tempat ke kawasan lain sejak buatan, pengolahan sampai penjualan. Hal yang paling prinsip dalam proses distribusi hasil perikanan yakni menjaga keadaan alat/wadah/sarana yang dipakai dalam proses distribusi biar produk yang didistribusikan hingga ke daerah tujuan dengan tetap menjaga kualitas/kualitasnya. Oleh alasannya itu, biro/penyalur hasil perikanan mesti mengetahui standar yang mesti dipenuhi dalam proses distribusi hasil perikanan. 
 

Berikut ini yakni beberapa hal yang mesti diamati dalam distribusi ikan yang bagus, diantaranya:
  • Distribusi hasil perikanan yang menggunakan sarana transportasi:
  • Harus higienis dan bisa menghindari kontaminasi;
  • Didesain sedemikian rupa sehingga tidak menghancurkan produk, di mana permukaannya harus rata, simpel dibersihkan, dan disanitasi;
  • Apabila memakai es selaku pendingin, mesti dilengkapi kanal pembuangan untuk menjamin lelehan es tidak menggenangi produk;
  • Dilengkapi peralatan untuk menjaga suhu tetap tersadar selama pengangkutan; dan
  • Mampu melindungi produk dari resiko penurunan mutu
  • Sarana berupa kendaraan pengangkut tidak digunakan untuk tujuan lain secara serempak untuk menghindari terjadinya kontaminasi terhadap produk hasil perikanan;
  • Apabila kendaraan pengangkut digunakan untuk menampung produk lain secara bersamaan, mesti dipisahkan dan dijamin kebersihannya biar tidak mengkontaminasi produk hasil perikanan;
  • Pengangkutan hasil perikanan dihentikan diaduk dengan produk lain yang mampu menyebabkan kontaminasi atau mempengaruhi higiene, kecuali produk tersebut dibungkus sedemikian rupa, sehingga bisa melindungi produk tersebut; dan
  • Pengangkutan hasil perikanan dalam keadaan hidup mesti mampu menjaga hasil perikanan tersebut tetap tersadar kondisi dan mutunya. 
 
Teknik/cara distribusi produk hasil perikanan sungguh dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya; jenis produk, jenis alat angkut, dan kondisi penyimpanan. Proses distribusi untuk produk kering berbeda dengan produk lembap. Begitupun dengan jenis alat angkut yang digunakan, bila produk yang didistribusikan berbentukproduk lembap, maka sarana transportasi yang dipakai mesti dilengkapi dengan alat pendingin. Jenis produk yang didistribusikan juga akan besar lengan berkuasa kepada kondisi penyimpanan, sehingga kondisi penyimpanan mesti diadaptasi dengan jenis produk yang akan didistribusikan.

Cara Distribusi Ikan Yang Baik
Pada dasarnya distribusi produk hasil perikanan dapat dikerjakan dengan model penerapan system rantai masbodoh. Dalam system ini suhu ikan hasil tangkapan/panen diupayakan senantiasa tetap rendah biar tersadar kesegarannya, yakni dengan mengoptimalkan penggunaan es dalam penyimpanannya. 
 
Sistem rantai masbodoh yang dipraktekkan dalam distribusi dan transportasi ikan dipersyaratkan bahwa semua kendaraan yang dipakai untuk pengangkutan ikan mesti mampu menjaga suhu acuh taacuh yang diinginkan baik untuk ikan segar maupun mengawetkan produk beku. Akan lebih baik dengan menggunakan pintu dalam yang mampu menutup sendiri dengan fleksibel untuk mengurangi kehilangan udara cuek waktu pintu kendaraan pengangkut dibuka. Pada pengangkutan jarak jauh seharusnya suhu dipertahankan dan senantiasa dijaga pada -18oC atau lebih rendah dan ini bisa dicapai dengan pendinginan mekanis, pemakaian es kering, sirkulasi gas cair yang cuek. Untuk refrigerasi dan ketelitian dalam pemuatan, operasi dan pemeliharaannya, sewaktu-waktu harus diperiksa dengan mengukur suhu produk pada awal dan final perjalanan.Pengangkutan mesti dijalankan dengan hati-hati semoga produk perikanan tidak terkena suhu tinggi selama pemuatan dan pembongkaran kendaraan pengangkut. Model pengembangan system rantai dingin yang ditujukan bagi proses distribusi yakni dengan penyediaan fasilitas selaku berikut: 
 

1. Truk ber-refrigerasi (refrigerated truck)
Truk berefrigerasi ialah alternative alat angkutanproduk perikanan yang baik diterapkan untuk transport jarak jauh dan yang memakan waktu cukup lama. 
 
2. Truk berinsulasi (insulated truck)
Kebutuhan refrigerasi untuk menampung ikan bisa ditekan sekecil mungkin dengan cara menginsulasi seluruh bagian fasilitas angkut sebaik mungkin, yakni atap, dinding, dan lantai. Hal ini dijalankan semoga suhu ikan tidak cepat berkembangselama proses distribusi dan biar kapasitas ikan yang dimuat supaya lebih besar. Penyusunan peti wadah ikan dalam truk berinsulasi disusun rapat sesamanya biar panas tidak menyelinap diantara peti, serta diberi lapisan bantalan es di bawah tumpukan peti dan lapisan es lagi di atas tumpukan. 
 
3. Mobil angkut pick up
Fasilitas mobil pick up dalam suatu unit pembuatan ikan mampu dipakai untuk memuat keperluan proses pembuatan, serta untuk mendistribusikan produk olahan non beku yang sudah dikemas dengan baik untuk jarak tidak terlalu jauh. 
 
4. Sepeda motor dilengkapi box berinsulasi
Alat ini dirancang dengan harga yang relative murah tetapi mempunyai daya guna yang optimal.Alat tersebut berkapasitas 50 kg/wadah. Setiap motor yang dipakai memiliki dua wadah. Usia produktif alat ini diperkirakan minimal hingga lima tahun. 
 
5. Becak dilengkapi box berinsulasi 
Fungsi becak berinsulasi sama dengan motor berinsulasi yakni untuk mendistribusikan produk perikanan, dengan tetap mempertahankan kesegarannya karena telah didesain sedemikian rupa. Namun penggunaan becak ini terbatas dari sisi wilayah alasannya cuma mampu dipakai dalam jarak erat.
 
6. Cool box
Dalam proses distribusi, cool box utamanya dipakai selaku wadah penyimpanan produk hasil perikanan. Untuk keperluan penyimpanan, distribusi dan penjajaannya dilaksanakan dalam wadah cool box dengan menyelimuti seluruh tubuh ikan dengan es curia. Caranya adalh selaku berikut:
  • Pertama-tama menempatkan es curia yang lebih tebal dibagian dasar wadah, lalu menempatkan lapisan ikan dengan ketebalan tertentu diatasnya, selanjutnya diposisikan lagi lapisan es diatas lapisan ikan, demikian seterusnya berselang-seling dengan yang terakhir (paling atas) adalah lapisan es yang lebih tebal.
  • Pada ikan-ikan yang ukurannya lebih kecil, proses mirip ini juga sekaligus ialah proses meninginkannya. Efektifitas pendinginannya sungguh tergantung terhadap ketebalan lapisan ikan, ketebalan lapisan (kecukupan) es, dan kekedapan wadah (cool box) terhadap penetrasi panas.
  • Pada kondisi packing cuma satu lapisan ikan dan lapisan tersebut mampu diselimuti dengan tepat oleh es curia, maka dilihat terang bahwa ketebalan lapisan dan suhu permulaan ikan sungguh menentukan kecepatan pendinginan, dimana kian tebal lapisan dan semakin tinggi suhu permulaan ikan maka waktu yang dibutuhkan untuk mendinginkannya akan kian usang.
  • Dari segi keperluan es, selain ditentukan oleh jumlah ikan yang didinginkan juga ditentukan oleh suhu permulaan ikan dan suhu udara luar disekitar wadah atau cool box, dimana kian tinggi suhunya maka jumlah es yang dibutuhkan akan bertambah banyak.

7. Trays/kranjang
Fungsi trays dan keranjang dalam proses distribusi yakni untuk menampung produk olahan ikan sebelum dibungkus dan didistribusikan. Untuk produk segar/beku, ikan mesti tetap dijaga kesegarannya dengan menambahkan es selama ditampung dalam trays.

8. Sarana sanitasi dan hygiene
Dalam proses distribusi, fasilitas sanitasi dan hygiene diperukan untuk menjaga keadaan fasilitas transportasi yang dipakai untuk mengangkut produk-produk perikanan semoga tetap higienis, sehingga kesejukan ikan selama proses distribusi tetap tersadar. Selain dalam bentuk fresh/segar dan beku, produk hasil perikanan juga mampu didistribusikan dalam bentuk ikan hidup. Biasanya ikan-ikan yang dipasarkan dalam kondisi hidup ialah ikan-ikan dari hasil budidaya atau ikan karang yang mempunyai nilai jual cukup tinggi.
 
Pada dasarnya, ada dua metode angkutanikan hidup, yakni dengan menggunakan air selaku media atau tata cara lembap, dan media tanpa air atau metode kering.
 
1. Pengangkutan Sistem Basah
Transportasi metode berair (memakai air selaku media pengangkutan) terbagi menjadi dua, yakni : 
 
a) Sistem Terbuka
Pada tata cara ini ikan diangkut dalam wadah terbuka atau tertutup tetapi secara terus menerus diberikan aerasi untuk mencukupi kebutuhan oksigen selama pengangkutan. Biasanya tata cara ini cuma dilaksanakan dalam waktu pengangkutan yang tidak lama. Berat ikan yang aman dimuat dalam sistem ini tergantung dari efisiensi tata cara aerasi, lama pengangkutan, suhu air, ukuran, serta jenis spesies ikan.

b) Sistem Tertutup
Dengan cara ini ikan dimuat dalam wadah tertutup dengan suplai oksigen secara terbatas yang sudah dipertimbangkan sesuai keperluan selama pengangkutan. Wadah mampu berbentukkantong plastik atau bungkus lain yang tertutup. Faktor-faktor penting yang menghipnotis kesuksesan pengangkutan merupakan mutu ikan (mesti sehat dan baik), oksigen, suhu (15 – 20oC untuk ikan didaerah tropis), pH (7 – 8), CO2, amoniak, kepadatan dan aktivitas ikan (perbandingan antara volume ikan dengan volume air ialah 1:3 hingga 1:2). 
 

Beberapa masalah dalam pengangkutan tata cara lembap yakni senantiasa terbentuk buih yang disebabkan banyaknya lendir dan kotoran ikan yang dikeluarkan. Kematian diduga lantaran pada saat diangkutisi perut masih ada,sehingga pada dikala dimuat masih ada kotoran yang mencemari media air yang digunakan untuk transportasi. Disamping itu, bobot air cukup tinggi, merupakan 1 : 3 atau 1 : 4 belahan ikan dengan air menjadi kendala tersendiri untuk mampu meningkatkan volume ikan yang dimuat. Oleh lantaran itu, untuk menghindari terjadinya metabolisme yang sungguh tinggi pada saat pengangkutan, maka sebaiknya ikan diberok terlebih dahulu sekurang-kurangnya1 hari sebelum ikan dimuat dengan cara dipuasakan.

2. Pengangkutan Sistem Kering (Semi Basah)
Pada transportasi tata cara kering, media angkut yang digunkan ialah bukan air, Oleh alasannya adalah itu ikan harus dikondisikan dalam kondisi kegiatan biologis rendah sehingga konsumsi energi dan oksigen juga rendah. Makin rendah metabolisme ikan, makin rendah pula acara dan konsumsi oksigennya sehingga ketahanan hidup ikan untuk dimuat diluar habitatnya kian besar. Penggunaan transportasi metode kering dicicipi merupakan cara yang efektif walaupun resiko mortalitasnya cukup besar. Untuk menurunkan acara biologis ikan (pemingsanan ikan) dapat dilaksanakan dengan menggunkan suhu rendah, memakai materi metabolik atau anestetik, dan arus listrik.
 
Pada kemasan tanpa air, suhu diatur sedemikian rupa sehingga kecepatan metabolisme ikan berada dalam taraf metabolisme basal, karena pada taraf tersebut, oksigen yang disantap ikan sangat sedikit sekedar untuk mempertahankan hidup saja. Secara anatomi, pada dikala ikan dalam keadaan tanpa air, tutup insangnya masih mangandung air sehingga lewat lapisan inilah oksigen masih diserap.
 
Kondisi pingsan merupakan keadaan tidak sadar yang dihasilkan dari sistem saraf pusat yang mengakibatkan turunnya kepekaan terhadap rangsangan dari luar dan rendahnya tanggapangerak dari rangsangan tersebut. Pingsan atau mati rasa pada ikan memiliki arti tata cara saraf kurang berfungsi. Cara pemingsanan ikan akan bertentangan untuk setiap jenis ikan. Namun demikian, secara umum Pemingsanan ikan bisa dijalankan dengan tiga cara merupakan melalui penggunaan suhu rendah, pembiusan memakai zat-zat kimia dan penyetruman memakai arus listrik. 
 
Pemingsanan dengan menggunakan suhu rendah
Ini mampu dilaksanakan dengan cara, ialah (a) penurunan suhu secara langsung, dimana ikan pribadi dimasukkan dalam air yang bersuhu 10o – 15oC , sehingga ikan pingsan; dan (b) penurunan suhu secara sedikit demi sedikit, dimana suhu air selaku media ikan diturunkan secara bertahap sampai ikan pingsan.
 
Pemingsanan ikan dengan materi anestasi (materi pembius)
Beberapa materi anestasi beserta takaran yang bisa dipakai dalam pembiusan ikan antara lain:

1 MS-222 =>0.05 mg / l
2 Novacaine =>50 mg / kg berat ikan
3 Barbitas sodium =>50 mg / kg berat ikan
4 Ammobarbital sodium =>85 mg / kg berat ikan
5 Methyl paraphynol (dormisol) =>30 mg / l
6 Tertiary amyl alcohol =>30 mg / l
7 Choral hydrate =>3-3.5 g lt
8 Urethane =>100 mg / l
9 Hydroksi quinaldine =>1 mg / l
10 Thiouracil =>10 mg / l
11 Quinaldine =>0.025 mg / l
12 2-Thenoxy ethanol =>30 – 40 ml / 100 lt
13 Sodium ammital =>52 – 172 mg / l

Pembiusan ikan dibilang sukses jika memenuhi tiga tolok ukur, yaitu : (1) Induksi materi pembius dalam badan ikan terjadi dalam waktu tiga menit atau kurang, sehingga ikan lebih gampang dilakukan, (2) Kepulihan ikan hingga gerakan renangnya kembali normal membutuhkan waktu kurang dari 10 menit, dan (3) Tidak didapatkan adanya akhir hayat ikan selama 15 menit sehabis pembongkaran. Yang harus diamati dalam penggunaan materi anestasi ini merupakan, apakah bahan-materi tersebut dapat menjadikan potensi bahaya bagi manusia atau tidak.

Pemingsanan ikan dengan arus listrik
Arus listrik yang kondusif dipakai untuk pemingsanan ikan ialah yang mempunyai daya 12 volt, karena pada 12 Volt ikan mengalami kondisi pingsan lebih singkat dan tingkat kesadaran sehabis pingsan juga cepat. 
 
Setelah ikan pingsan selanjutnya adalah pengemasan. Pada pengangkutan ikan hidup dengan system kering diperlukan media pengisi selaku pengganti air. Yang dimaksud dengan bahan pengisi dalam pengangkutan ikan hidup yakni materi yang bisa ditempatkan diantara ikan hidup dalam bungkus untuk menahan ikan dalam posisinya. Bahan pengisi mempunyai fungsi antara lain bisa manahan ikan biar tidak bergeser dalam bungkus, menjaga lingkungan suhu rendah supaya ikan tetap hidup serta memberi lingkungan udara dan kelembaban memadai untuk kelancaran hidupnya. 
 
Media pengisi yang sering dipakai dalam packing ialah serbuk gergaji, serutan kayu, serta kertas koran atau materi karung goni. Jenis serbuk gergaji atau serutan kayu yang digunakan tidak spesifik, tergantung materi yang tersedia. Diantara aneka macam macam materi pengisi, sekam padi dan serbuk gergaji merupakan materi pengisi terbaik alasannya adalah memiliki karakteristik, yaitu : berongga, mempunyai kapasitas masbodoh yang memadai, dan tidak beracun.Media serbuk gergaji mempunyai beberapa keunggulan daripada jenis media lainnya. Keunggulan tersebut utamanya pada suhu. Serbuk gergaji bisa mempertahankan suhu rendah lebih lama yakni 9 jam tanpa pemberian es dan tanpa beban di dalamnya. 
 
Adapun cara pengemasannya ialah sama dengan cara pengemasan produk ikan segar/beku yang ditransportasikan dengan memakai cool box, dimana ikan disusun berlapis dengan serbuk gergaji. Wadah yang dipakai dalam proses pengangkutan ikan hidup dengan metode kering dapat berupa sterefoam. Caranya pengemasannya ialah selaku berikut:
  • Pertama-tama tempatkan serbuk gergaji yang sudah didinginkan (suhu 8 – 10oC) dibagian dasar wadah;
  • Kemudian tempatkan lapisan ikan dengan ketebalan tertentu diatasnya;
  • Selanjutnya ditempatkan lagi lapisan serbuk gergaji diatas lapisan ikan, demikian seterusnya berselang-seling dengan yang terakhir (paling atas) yakni lapisan serbuk gergaji;
  • Sebaiknya boks sterefoam ditutup sungguh rapat untuk menyingkir dari udara panas dari luar masuk ke dalam wadah.
Setelah dibungkus, berikutnya ikan siap didistribusikan. Boks-boks sterefoam yang berisi ikan dimasukkan kedalam alat angkut (kendaraan beroda empat) yang sudah dimodifikasi dengan menambahkan lapisan insulasi pada sekeliling dindingnya. Hal ini untuk menghambat udara panas dari luar yang mau masuk kedalam ruang penyimpanan. Selama dalam transportasi, pengontrolan suhu ruang perlu dilakukan secara bersiklus dan diupayakan untuk tetap stabil. Pada dikala datang ditempat tujuan, ikan secepatnya disadarkan. Proses penyadaran ialah dengan mengembalikan ikan sesuai dengan suhu pada habitatnya. Caranya yakni sebagai berikut:
  • Siapkan wadah (kolam) yang sudah dilengkapi dengan aerasi sehingga oksigen dalam air tercukupi dan sirkulasi bisa berlangsung dengan baik.
  • Cuci ikan dengan higienis untuk menghilangkan lendir dan sisa-sisa serbuk gergaji yang masih menempel pada tubuh ikan.
  • Kemudian masukkan ikan kedalam bak.
  • Untuk mempercepat proses penyadaran perlu adanya sedikit rangsangan dengan cara menggerak-gerakkan tubuh ikan pada buih aerator.
  • Umumnya ikan akan sadar dalam waktu ±10 menit.

Berbicara distribusi hasil perikanan di tingkat supplier/pedagang kolektordan pedagang pengecer, maka kita tidak cuma mengatakan perihal sarana distribusi mirip fasilitas transportasi saja tetapi juga mengatakan wacana fasilitas distribusi lainnya, salah satunya yaitu pelabuhan perikanan. 
 
Dalam Undang-Undang No 31 Tahun 2004 ihwal Perikanan dinyatakan bahwa pelabuhan perikanan sebagai sebuah lingkungan kerja salah satunya berfungsi selaku sentra penjualan dan distribui hasil perikanan. Sedangkan dalam pasal 15 ayat (3) aksara a Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No 10 Tahun 2004 menyatakan bahwa pelabuhan perikanan mempunyai fasilitas funfsional salah satunya yakni kemudahan penjualan hasil perikanan seperti daerah pelelangan ikan (TPI) dan pasar ikan.
 
 
Tempat penjualan/distribusi hasil perikanan mirip TPI dan Pasar Ikan mesti menyanggupi standar selaku berikut:
  • terlindung dan mempunyai dinding yang mudah untuk dibersihkan;
  • memiliki lantai yang kedap air yang praktis dibersihkan dan disanitasi, dilengkapi dengan jalan masuk pembuangan air dan mempunyai tata cara pembuangan limbah cair yang higiene;
  • dilengkapi dengan fasilitas sanitasi menyerupai wilayah cuci tangan dan toilet dalam jumlah yang mencukupi. Tempat cuci tangan mesti dilengkapi dengan materi pencuci tangan dan pengering sekali pakai;
  • mempunyai penerangan yang cukup untuk membuat lebih praktis dalam pengawasan hasil perikanan;
  • kendaraan yang mengeluarkan asap dan hewan yang mampu mempengaruhi mutu hasil perikanan tidak diperbolehkan berada dalam daerah Pemasaran Ikan/pasar grosir;
  • dibersihkan secara terorganisir sekurang-kurangnyasetiap simpulan penjualan;
  • dilengkapi dengan tanda perayaan tidak boleh merokok, meludah, makan dan minum, dan diletakkan di tempat yang gampang dilihat dengan terang;
  • mempunyai kemudahan pasokan air bersih dan atau air maritim higienis yang cukup;
  • mempunyai wadah penampungan produk yang bersih, tahan karat, kedap air dan simpel dibersihkan; dan
  • mempunyai penampungan pembuatan limbah.

Selain patokan tersebut, tempat penjualan hasil perikanan juga harus menyanggupi persyaratan hygiene dan penerapan system rantai hambar.

Demikian pembahasan singkat perihal teladan atau cara yang bagus dalam pendistribusian hasil budidaya ikan. Sumber dari mesti di isi/search?q=cara-distribusi-ikan-yang-baik dan gambar dari "search google picture" biar mampu berguna!!